Di Atas Jerami
Setelah panen, ribuan rencana menusuk-nusuk kepala
Kakek bandot melirik gadis tetangga
Ibu menimang-nimang emas di tangan, kapan diganti dan dibesarkan
Anak jagonya sudah pamer foto kendaraan pada teman-temannya
Oalah, padahal baru rencana
Jerami saja belum lepas dari padi
Tangkainya menguning belum kering
Musik pengiring belum sampai pada bait akhir
Isi kepala sudah semilir
Tentang angin sejuk dan dingin
Ia lupa kalau di atas jerami ada yang mengawasinya
Di bawah jerami mulut-mulut lapar siap menilep sebiji dua
Dalam waktu yang tak ada jeda
Ada tetangga yang pekarangannya terinjak
Bau jerami hingga bilik kamarnya
Adakah segantang dua untuk mereka?
Entah....
Terpikir pun tidak
Lalu, ia akan menyangka
Jerami akan lepas dari padi
Tanpa campur tangannya
Tanpa terik sang surya
Tanpa keringat bercucuran
Tanpa lelah berkeping-keping
Alangkah mudahnya jika
Hujan seharian menenggelamkan
Tikus menyerbu habis semalaman
Puntung rokok jatuh lalu kebakaran
Musnah semuanya
Tak ada rasa khawatirkah?
Dari tanah ada hara diserap
Ada air diisap
Ada hangat pagi hijaukan daun lalu berbunga
Tak lama berbuah ranum berisi
Burung-burung mendekat menghampiri lalu pergi
Terimakasih yang mana yang sempat
Masuk lalu dipikiri?
Jika jerami memiliki banyak manfaat
Jika butir padi begitu menggugah dan nikmat
Pasti ada nikmat lagi di atasnya
Untuk yang sempat tertahan ingin
Lalu tersembunyi
Bersyukur didahului
Padi akan berubah jadi beras
Beras akan berubah jadi nasi
Tak terasa keluar
Terbuang dijauhi
Apa yang tersisa selain
Kenikmatan
Kelegaan
Dan kesyukuran
Kalau kemudian terlupakan
Kira-kira yang layak didapatkan
Apa?
Tb, 2 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H