Cita-citaku mungkin saja mulia, tak ada yang tersakiti. Juga tak ada yang dikhianati. Semua dihargai dan akan jadi teman sejati. Tapi apa yang terjadi?
Satu persatu temanku pergi. Satu persatu tanamanku mati. Layu tak terawat lagi, saking banyaknya bisa jadi.
#####
Pada kesempatan lain, aku pernah begitu menggandrungi buku-buku sastra. Setiap berbelanja, selalu aku sempatkan mampir ke toko buku. Hingga lemari bukuku akhirnya penuh sesak. Hanya sedikit yang sempat aku baca, apalagi mendalami dan menyelami isinya.
Perlahan-lahan buku dimakan rayap. Kadang jadi sarang semut. Banyak berterlir dan beranak pinak.
Suatu kali ada niatan ingin mbersihkan. Banyak buku masih dalam sampul palstik. Artinya buku itu belum pernah aku buka sekali pun semenjak dibeli.
Demi bersihnya ruangan, haruskah buku-buku yang rusak aku buang. Atau aku bakar sekalian.
Kalau aku bakar dan buku dalam lemari kosong, padahal aku sering unggah di media sosial koleksi bukuku banyak. Nanti apa kata temanku, bisa saja aku dianggap penipu.
Kalau demi gengsiku terus buku tersebut aku biarkan tetap jadi sarang semut dan makanan rayap.
Membersihkan tiap hari tentu saja tak mungkin. Jika hanya seminggu sekali juga terlalu sering. Minimal dua hingga tiga jam waktu dibutuhkan. Pasti banyak pekerjaan lain yang terlupakan.
Dilema memang, sedikit demi sedikit pengetahuanku tentang sastra berkurang. Kegemaranku hanya membeli buku, padahal mulanya aku senang membacanya. Terlalu banyak hingga waktu yang tersita sangat banyak. Akhirnya tak sempat.