Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Penjual Layangan di Bibir Pantai Jimbaran

21 Februari 2021   21:02 Diperbarui: 21 Februari 2021   21:20 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis Bali Bandara Ngurah Rai Mohon Pelaku Pariwisata Kendalikan Layang-layang

Sebenarnya hatiku sangat terisis. Seorang manusia, tanpa salah apa-apa disebut "Asu", anjing. Memangnya dia mencuri? Memangnya dia mengotori? Tidak sama sekali.

Demi menyengankan orang itu, akhirnya aku membeli tiga layang-layang. Kala itu harganya 50 ribu rupiah satu. Tak mengapa pikirku, siapa tau dengan dibeli segitu luka hatinya terobati. Dua layang-layang sisanya aku kembalikan untuk dijual lagi. 

Sebelum pergi menjauh ke rombongan, aku sempat menanyakan. Memangnya tidak bolehkah berjualan di pantai ini?

Di sini tidak boleh berjualan, kecuali mendapat izin dari pengelola. Lah! Padahal kan pantainya luas. Tak ada pembatas, juga tak mengganggu kebersihan dan pemandangan.

Aku jadi teringat peristiwa di bukit Kintamani, demikan banyak orang yang datang menawarkan barang dagangan yang dijajakan akhirnya wisatawan merasa terganggu. Mungkin itu salah satu yang dijaga oleh pengelola pantai agar wisatawan betah berada di pantai.

Tapi toh tidak sebegitunya, terlalu kejam jika harus mengatakan dengan sebutan binatang.

Memang di pantai itu tidak ada penjual yang menjajakan apa pun, baik kerajinan atau macam-macam pakaian daj aksesoris lainnya. Tidak seperti di tempat lain begitu banyak berseliweran penjaja macam-macam.

Ada yang setengah memaksa daj merengak agar barang dagangannya dibeli. Ada yang dengan alasan untuk makan, sudah tidak hari belum makan dan seterusnya, seperti layaknya pengemis. Akhirnya mengganggu kenyamanan.

Pokoknya setiap ingat Bali, pasti akan teringat tentang bukit Kintamani dengan gangguan penjaja yang setengah memaksa. Demikian juga bila teringat layangan, pasti teringat kata kotor yang keluar dari mulut petugas itu.

Sebenarnya, demi kenyamanan wisatawan memang layak jika penjaja yang berkeliaran di tempat wisata tersebut ditertibkan. Agar kenyamanan pengunjung tempat wisata itu tetap terjaga.

Demikian juga, menegakkan aturan juga perlu kesopanan. Bagaimana rasanya jika di hadapan orang lain kita disebut dengan sebutan binatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun