Ke lima, jika terdengar bahwa tetangga mendapat musibah maka hiburlah. Menghibur tetangga daapt dilakukan dengan bermacam cara. Yang paling ringan dan sederhana adalah menguatkan dan meminta kesabaran.
Ke enam, berbagi rejeki. Hal paling sederhana adalah jika memasak dan baunya tercium tetangga alangkah baiknya jika kita berbagai masakan tersebut. Walau sedikit, tetangga bisa incip-incip.
Ke jutuh, memberi pinjaman jika tetangga ingin berhutang. Kebutuhan mendesak kadang terjadi, dan kita sebagai orang terdekat sudah selayaknya mau memberikan pinjaman pada tetangga yang membutuhkan.
Ke delapan, jika rumah tetangga ditinggalkan maka kita sebagai tetangga sudah selayaknya ikut menjaga rumah tersebut. Minimal melakukan pengawasan agar rumah tetap aman dari pencurianndan kebakaran.
Ke sembilan, penuhi hak tetangga dan jangan sakiti termasuk jika memiliki hewan peliharaan. Tetangga yang baik adalah yang aman dari tangan dan mulutnya.
Kalau punya tetangga seperti sembilan ketentuan di atas memang sangat mengembirakan. Namun jika sudah punya tetangga yang suka membunyikan musik sangat nyanring. Ampun dah pokoknya. Ditegur secara halus tidak mengerti juga. Masak mau dilempar botol sih, gak tega juga kan?
Setelah dinasehati, yang punya soundsistem saya, listrik-listrik saya. Suaranya dari rumah saya, kenapa kamu yang sewot!
Betul, Bos! Saura dari situ. Tapi telinga yang mendengar telinga siapa coba? Mungkin saja tetangga sedang tidur, tetangga sedang ada tami dan ada obrolan penting, tetangga punya bayi kecil, dan seterusnya ingin sedikit ketenangan.
Kalau ingin mendengarkan musik nyaring gampang, tinggal pasang headset walau sampai jebol gendang telinga tak ada yang marah.
Jadi selama yang dilakukan tidak menggangu tetangga pasti tetangga tidak akan berkomentar dan mengurusi apa saja yang dilakukan.
Kalau sampai ke luar kata-kata, "Yang Melakukan Saya, Kenapa Kamu yang Sewot!" Tentu saja tidak akan sewot jika tak mengganggu kenyamanan tetangga lainnya. Begitu kira-kira....