Setelah sembilan belas tahun di Jakarta, waktunya pansiun. Kakek pulang kampung. Wonogiri desa Balepanjang.
Suatu pagi kakek ingin melemaskan kaki. Jalan pagi sambil mengenang saat dulu sepi.
Tiba di sebuah rumah megah, kakek berhenti. Kebetulan ada yang lewat.
Kakek bertanya, "Ini rumah siapa?"
Disebutlah nama orang itu. Kakek tak mengenalnya. Niatnya ingin berkenalan.
"Orangnya di mana?"
"Sudah pergi mendahuli kita untuk selamanya."
Kakek pun melanjutkan perjalanan, tiba di rumah megah lainnya. Sepertinya dahulu rumah itu ada, tapi tidak semegah sekarang.
Dan lagi, kakek berpapasan dengan orang desa.
Kakek bertanya, "Ini pak Darjo, ya?"
Baca Juga Yang Tertatih dan ....
Teman sepermainan kakek. Kakek teringat dahulu pernah berkelahi, soal sepele. Karena curang main kelereng. Cilakanya ketika diminta kelerengnya, kakek malah kena tempeleng.
"Iya, tapi beliau sudah berpulang," sahut orang itu.
"Lantas siapa yang mendiami sekarang?"
"Sementara ini tidak ada. Anak semata wayangnya bekerja di Medan. Katanya berkeluarga dan menetap di sana."
"Rumah ini kosong?"
"Iya," pungkas orang itu lalu pergi.
Kakek berjalan lagi.
Dalam hati kakek bertanya, kalau rumah megah bukan tempat untuk pulang. Setelah lelah membanting tulang.
Lantas rumah sebenarnya di mana?
Memangnnya rumah-rumah megah yang dibangun dengan susah payah hanya tempat singgah. Bukan tempat pulang. Lalu tempat pulang sebenarnya di mana?
Wonogiri, desa Balepanjang bukankah tempat kakek pulang? Rumah kakek memang megah. Nanti saat sudah sampai di rumah abadinya semegah sekarangkah?
Kakek terus saja berjalan sambil menunduk hingga pulang....
TB, 6 Pebruari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H