Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku Hanyalah Aku

2 Februari 2021   22:19 Diperbarui: 2 Februari 2021   22:54 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku Hanyalah Aku

Aku mungkin jadi hujan, sebentar teduh sebentar lagi deras. Tak peduli pagi hingga petang. Tak peduli siang atau malam. Seperti umpan yang telah terpasang pada mata kail. Siap dilempar, ikan siap menyambar.

Sementara ikan tau persis, hujan bukan waktu yang baik untuk makan. Bersembunyi dalam liang lebih aman. Ikan kecil takut jadi santapan. Ikan besar takut tersambar halilintar.

Aku kadang menjelma jadi jala. Katanya jala paling mudah mengurung ikan. Nyatanya jalaku selalu jatuh di tempat kering. Hanya ikan kurus kerempeng yang terperangkap. Itu pun di bagian tubuhnya banyak koreng karena kalah bertarung.

Baca Juga Daun Pisang dan Daun....

Jika dibuang sayang, jika diambil alangkah kejamnya. Bukankah membiarkannya sembuh lebih beradab?

Jika sudah senja, senar pancing harus aku gulung. Dalam keranjang ada banyak ikan atau kosong sama sekali, memang waktunya pulang.

Kata orang waktu senja adalah saat ikan mulai lapar. Saat itu ikan akan menyebar. Namun, umpanku sudah terlalu hambar. Tak akan ada ikan yang sudi menyambar.

Aku. Memang aku hanyalah aku, dengan kail di tangan. Berharap cuaca terang. Berharap keramahan ikan dan rasa laparnya ketika siang. Ketika malam, pasti ikan-ikan telah kembali dalam pelukan kekasih aslinya. Lebih aman dan lebih tenteram.

Hadirku hanyalah untuk menangkap dan menyiksa, tersangkut kail bukanlah nyaman. Sungguh menyakitkan!

Ketika aku adalah hujan, ingin rasanya mendinginkan dan menyejukkan. Hanya tanah yang tak siap menerima kehadiranku.

Hingga mereka berkata, "Menjauhlah kau hujan. Aku tak ingin tubuhku terendam."

Ketika aku hanyalah pancing dan umpan, mereka juga berkata, "Jangan kau lempar kail itu. Aku tak ingin jadi mangsamu."

Ketika aku memang hanyalah aku, aku tentu saja butuh ia. Hadirku tak berniat menyakiti. Sayangnya, aku bukan dirinya yang mampu berbuat kejam pada orang yang mengasihi.

TB, 2 Pebruari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun