Beberapa tahun lalu, ketika saya bertugas di daerah yang jauh dari rumah tinggal setelah selesai bekerja biasanya sore hari menghabiskan waktu berada di pinggir sungai.
Baca Juga Diary Nikmatka Menggunting....
Apalagi selain mancing tentunya. Padahal di sungai itu tidak banyak ikannya. Mengingat setiap kali musim kemarau, kebiasaan masyarakatnya adalah meracuni sungai dengan tuba (potasium klorida). Kami biasa menyebutnya putas. Daerah ini memang masih sangat pedalaman. Jadi tidak ada polisi yang tau dan melakukan pelarangan.
Tidak tanggung-tanggung, kadang katanya lebih dari 30 kg putas yang digunakan. Maklum mereka rombongan. Kadang satu kampung turun ke sungai. Katanya, mumpung kemarau, air surut. Ikan yang diambil hanya ikan besar. Antara lain, jelawat, pipih, hampala, toman, gabus, dan kakap.
Baca Juga Diary Bagaimana Kabarmu....
Sementara ikan kecil, seperti ikan keting, wader, lampuk, baung, dan ikan kecil lainnya dibiarkan saja.
Ikan langsung dibersihkan di tempat itu dan digarami dalam bak-bak besar. Mereka sebut ikan wadi. Persiapan untuk satu tahun mendatang, katanya.
Beberapa hari setelah peristiwa peracunan sungai itu saya mancing. Saya tidak tahu kalau sungai itu baru diracun. Pasti tak ada ikan seekor pun. Kiri kanan sungai masih banyak pohon-pohon besar, tebing-tebing batu terjal.
Tidak ada kecurigaan sama sekali, juga tidak ada yang memberi kabar saat itu. Jadi saya asyik saja mancing.
Setelah sekian jam, tak satu pun ada ikan yang memakan umpan. Maka saya bersiap untuk pulang. Selama menunggu umpan di makan, namanya sendirian macam-macam yang saya lakukan. Kadang jika ada suara burung, suara burung saya tirukan.
Baca Juga Dairy Berburu Kepiting Bakau....