Akhir yang Dingin!
Dini hari,
Dingin jadi teman sejati
Layak berteman mimpi, selimut tebal menutupi
Perlahan tapi pasti
Dini hari pergi sebentar kemudian,
Esok hari akan datang lagi
Mentari identik dengan mata api
Banyak kepala terbakar
Banyak hati terkapar
Rasa terpapar
Kesibukan pemicu gelepar
Lelah tak terperi memeluk diri
Kadang hujan jadi batu sandungan
Kadang terik membakar menghitamkan
Kadang lupa siang ada di mana
Baca juga Puisi Sebuah Pemandangan....
"Matahari masihkah ada di kepala?" Bisiknya dalam hati
Lupa sekarang pukul berapa
Gajian sudah masuk rekening, Berapa?
Hitungan-hitungan menambah penat kepala
Menambah kering dahaga
Senja ingin diganjal pena
Jika kuasa,
Tak boleh ia datang walau sekejap saja
Baca Juga Puisi Dari Satu Ikatan ke....
Sementara pemaksaan dilakukan
Sementara keringat mengering dalam kubangan
Sementara angota badan lelah memikul beban
Dingin minta untuk berjumpa
Bersama kegelapan di depan mata
Hanya alarm jadi penanda
Antara membuka dan menutup mata
Alangkah dingin parjalanan raga!
TB, 27 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H