Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Separo Malam

23 Januari 2021   21:33 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:00 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Separo Malam

Aroma mawar sedang mekar-mekarnya ke luar dari kamar
Rambut tergerai, padahal jubah panjang
sedang dikenakan. Bukan!
Rambutnya tak nampak

Melempar senyum
Lalu menyapa, "Tunggu saja! Nanti waktunya akan tiba."
Aku hanya melihat
Taman kota dengan meja dan kursi melingar
Menjelang dini hari
Lalu lalang mengisi malam. Bukan!
Mereka bukan kelelawar
Apalagi kupu-kupu
Aku sangat yakin!

Gemerlap lampu jalanan
Tak pernah padam
Mirip matahari lagi berdendang
Juga redup walau sekilas pandang

Sementara aku duduk di salah satu kursi
Terpaksa aku lakukan
Tak ada kursi lain untukku
Menghabiskan malam
Menjeda siang

Samar-samar dari kejauhan
Senandung "Bongkar" Iwan Fals
Perlahan tapi pasti
Lampu jalanan berubah kerlap kerlip
Lama kelamaan padam
Gelap dalam kegelapan
Tak ada gemintang
Hanya aroma mawar berdiri di depanku
Dalam isak tangis berbisik, "Waktunya telah tiba. Mau ikut?"

TB, 23 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun