Mawar menjawab, "Di hadapanmu hai musim gugur, aku sekedar ranting kering dan pengecut. Jadi katakanlah sesukamu. Aku tak peduli."
Wahai penguasa kebenaran,
Bagaimana kau melihatku sebagai munafik?
Dengan mereka yang hidup untukmu aku hidup
Denfan mereka yang akan mati kepadamu aku mati (Jalaludin Rumi)
Seperti halnya dalam tidur. Orang yang berteriak kepadamu, "Ayo bangun, matahari telah tinggi. Lakukan aktivitas. Buat dirimu sibuk agar ada penghasilan."
Orang lain melarangnya, "Jangan berteriak. Biarkan dia tertidur pulas. Dia sedang dalam kenikmatan tak terhingga. Usaha seperti apa yang membuat kenikmatan itu datang ranpa diminta?"
Pertentangan pun terjadi. "Jangan berteriak di depanya. Hal itu akan menghalanginya berpikir."
Orang tidur bepikir? Teriakan tidak akan membuat orang tertidur berpikir. Setelah bangun dia baru akan berpikir.
Dua buah teriakan yang menjadikan dua kondisi benar-benar belawanan. Apabila teriakan itu dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu, maka teriakan itu akan menjadikan orang lain berpikir.
Sementara dalam kondisi bangun, hanya orang berilmulah yang mampu memberikan bimbingan. Seperti apa pola pikir, gaya pikir hingga menjadikan hasil yang gelimang tanpa ada keluh kesah. Baik dengan teriakan atau diam.
Jadi, kesulitan dan himpitan masalah akan memaksa seseorang melupakan dan melepaskan kenikmatan yang seharusnya menjadi kenikmatan yang dinikmati.