Kala Temanku Pergi
Petir menyambar serasa mengenai sasaranya
Kilat menyabet tepat di tengah dada
Bergetar itu belum seberapa
Membiru sekujur tubuh tak ada artinya
Menyapu secara bersamaan
Kabar duka datang begitu saja
Engkau
Teman, teman setia
Pergi untuk selamanya
Belum sempat ucapkan salam perpisahan
Belum sempat kita bercanda tentang indahnya kemenangan
Kita masih berlari
Terseok-seok sambil mengurut kaki
Hanya tawa sekilas kadang-kadang usir sepi
Tarik kecewa menghadapi hari
Engkau
Telah pergi
Dari tempatku tangan tengadah
Dari tempatmu jasad terbujur basah
Ya Rab...
Allahummaghfirlahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu 'anhu wa akrim nuzulahalu wa wassi' mudkhalahu waghsilhu bilmaa`i wats tsalji wal baradi wa naqqihi minal khathaayaa kamaa naqqaitats tsaubal abyadla minad danasi wa abdilha daaran khairan min daarihi wa Ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min zaujihi wa adkhilhal jannata wa a'idzhu min 'adzaabil qabri au min 'adzaabin naar....
Kabulkan permohonan kami
Aamin
(Puisi untuk Kompasianer Arman Syarif, setahun lalu namamu pernah terukir indah di ruang ini "Kompasianer teraktif 2019")
TB, 21 Januari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H