Namanya dalam hutan, sendirian. Pastilah bulu kuduk langsung berdiri. Jangan-jangan ada hantu ikan toman. Karena kaget saya pun mundur dan memperhatikan apakah ini ikan toman betulan apa jadi-jadian.
Mau mendekati takut. Tidak didekati siapa tau ikan itu ikan toman betulan. Sayang jika nanti jatuh ke sungai lagi.
Sementara berpikir dan ragu-ragu, ikan pun jatuh ke sungai. Maka saya pun melanjutkan mancing lagi. Namun hati sudah galau tak karuan. Hingga akhirnya sampai pulang tidak mendapatkan ikan.
Begitu sampai di kendaraan, maka karung tempat ikan tadi akan saya ikat di kendaraan. Sebelum selesai mengikat terlihat ada kepala ikan toman nyembul di ujung karung bagian bawah.
Saya kaget benget! Jangan-jangan ikan saya sudah lepas. Dan betul! Ikan dalam karung hanya tersisa tiga. Waduh!! Berarti yang lepas tadi ikan dalam karung. Dasar edan! Maki saya dalam hati. Gara-gara penakut, ikan hasil pancingan hilang tiga.
Saking tajamnya gigi ikan toman, karung saja mampu robek dalam sekali gigit. Apalagi kalau hanya daging manusia.
Di daerah kami, jika sungai sudah surut biasanya banyak anak-anak yang mandi dan bermain di sungai. Sebagian ada yang sambil mencari remis dan kijing sungai (semacam kerang). Namun bila ada ikan toman yang nyembul, mereka pada terbirit-birit naik ke tepian.
Takutnya mereka pada ikan toman melebihi takutnya pada buaya dan ikan buntal. Padahal ikan buntal, sekali gigit tanpa rasa sakit langsung melobangi daging yang kena gigit. Da tentu saja buaya lebih mematikan. Tapi mereka tak takit buaya, karena memang tidak ada buaya di sungai itu.
Jadi tidak perlu harus ada penampakan dahulu baru ikan toman ditakuti.
Benar atau tidaknya cerita tersebut, namun saya juga termasuk yang takut dengan ikan toman besar. Bukan karena penampakannya, tapi karena emang sering kena gigit.