Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Misteri Pemancing Ular Puraca (Python Pandemik Kalimantan)

19 Januari 2021   14:23 Diperbarui: 19 Januari 2021   15:22 4681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ular Puraca Hebohkan RSUD Ulin - Banjarmasin Post banjarmasin.tribunnews.com

Sehari semalan umpan yang sudah diberi kail di dalamnya tak bergerak sama sekali. Baru pada hari kedua rasa penasarannya memuncak. Kail dengan tersebut ditarik.

Dan ternyata senar yang digunakan putus, saking berat tarikannya. Mungkin nyangkut, saya tak berani bercebur mengangkat pengaitnya. Mungkin juga ada kayu atau ranting kuat tempat nyangkutnya kail.

Orang kedua juga bercerita kalau kailnya nyangkut, ditarik kuat-kuat dan putus. Sementara orang ketiga petambak nila dan gurami tak ada kabar beritanya.

Saya kemudian menyarankan agar senar yang digunakan adalah senar dengan kualitas tinggi. Minimal senar untuk raket bulutangkis. Memang sih, jika senar yang digunakan adalah senar besar biasanya ular puraca tak mau makan umpan.

Mereka berdua kemudian membeli senar untuk raket bulutangkis. Mahal memang. Satu gulung saja seharga Rp 65.000. Sementara untuk memancing tersebut dibutuhkan setidaknya 6 hingga 7 gulung. Apa boleh buat katanya, daripada rugi terus tak salahnya tambah modal buat beli senar.

Setelah itu karena mereka tak ada kabar beritanya lagi, saya pun sudah melupakannya. Mungkin usahanya menangkap ular puraca yang selama ini jadi pemangsa tambak mereka telah bisa diatasi.

Berselang setengah bulan lebih kira-kira, saya dibangunkan ibunya anak-anak tengah malam buta. Saya pikir ada apa?

Saat bangun tidur memang napas saya tersengal. Keringat dingin mengucur begitu deras. Saya tak tahu apa yang terjadi.

Dengan setengah ketakutan isteri saya bercerita. Katanya saya dengan mengigau dalam tidur. Berteriak-teriak minta tolong. Mengatakan ampun-ampun, sambil melepaskan selimut yang menutupi badan. Berguling-guling. Kata-kata dalam teriakan saya adalah lepaskan aku puraca! Lepaskan! Dan terus minta tolong, sambil diselingi kata lepaskan.

Maka remang-remang saya ingat-ingat keesokan paginya. Tadi malam saya sedang bermimpi apa. Tak ada sekelebat pun mimpi yang saya ingat. Tentang ular puraca apa lagi.

Mengingat kembali apa yang diucapkan isteri saya tentang teriakan saya menyebut nama puraca, saya pun teringat pada tiga petambak yang datang tempo hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun