Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hidup Memang Tak Gampang, Banjir Menggenang Tak Pupuskan Harapan

11 Januari 2021   09:47 Diperbarui: 11 Januari 2021   10:47 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setidaknya 50.000 rupiah untuk olinya dan 25 rupiah untuk servisnya. Artinya jika nekad kemudian gagal, mereka harus nombok 7.500 rupiah. Padahal hingga 8 jam ke depan mereka harus bertarung melawan duri sawit yang begitu menyakitkan.

Seakan begitu kejamnya Tuhan. Doa agar air surut segera tiba, malah yang terkabul adalah hujan kian deras. Mereka sudah tak peduli baju yang basah. Celana basah merupakan hal biasa. Bekerja dalam hujan pun disambi sambil bercanda.

Salahkah mereka? Keburukan apa yang telah mereka kerjakan hingga derita begitu rupa menjelma dalam kehidupan mereka?

Penonton yang menyaksikan akan mengelus dada. Tapi mereka? Hidup memang tak mudah, begitu kata sebagian dari mereka. Masih enakan kita yang berada di desa. Setelah pulang kerja, masih ada pohon sawit milik sendiri yang bisa dipanen. Atau ada beberapa puluh pohon karet yang siap disadap.

Mereka yang tak memiliki kebun karet dan sawit, masih punya sawah yang bisa ditanami padi alakadarnya. Walau banjir datang kadang memupuskan harapan mereka.

Tak sedikit yang ketika pulang kerja rehat sebentar kemudian iseng mancing di empang-empang sekitaran kiri kanan jalan menuju pulang. "Kadang saya dapat sampai 3 kilo ikan gabus," katanya.

Jika harga satu kilo 30 rupiah, berarti hari itu ia mengantongi pendapatan 90.000 rupiah. Tapi mengapa mereka masih bertahan dengan 67.500 yang kini sururnya air begitu dinanti?

Bekerja dengan penghasilan tetap, bagaimana pun sulitnya akan memberikan harapan yang besar daripada bekerja dengan penghasilan tidak menentu.

Aku kemudian berpikir, beginikah mengapa begitu banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi PNS? Orangtua, calon bertua, pacar, hingga isteri, maupun suami mengidolakan para NPS. Tentu saja karena penghasilan tetap dan menterengnya penampilan mereka. Entahlah....

Hujan semakin lama semakin lebat. Satu persatu kendaraan telah menyeberang. Perlahan tapi pasti genangan air merambat naik. Aku berteduh di bawah pohon pisang. Sambil menating jorang. Siapa tahu ada ikan kesasar yang nyidam umpan pancingku.

Orang juga tak tahu kalau aku juga sedang berjibaku, bagaimana lauk makan siangku nanti. Bagaimana kucing-kucing liar kesayangan harus tetap makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun