Acil gak tau kalau saya sedang takut. Ha ha ha .... Maka saya ambil bongkahan tanah kemudian melemparnya ke arah suara tadi.
Dan benar! Warna hitam nyembul dari semak-semak di sela-sela rimbunan pohon. Gimana ini? Pikir saya. Padahal ibu-ibu tadi berharap saya yang membantunya jika ada kerbau yang datang. Sementara keduanya cuek saja. Tetap asyik saja mancing sambil terus memasukkan ikan ke dalam termos ikan.
Benar-benar mancing berkumpul bersama kerbau ini. Sayangnya saya takut. Coba saya berani, pasti akan seperti dua ibu tadi. Cuek bebek juga.
Akhirnya, sensasi tarikan ikan memakan umpan tak berasa lagi. Yang ada malah sensasi bertahan dari rasa takut kalau-kalau kerbaunya mendekat dan mengejar seperti pengalaman masa lalu.
Dari pada belang saya ketahuan, lelaki yang takut dengan kerbau. Sebelum dua ibu itu menyadari. Saya pun pamot pulang. Lumayanlah meskipun konsentrasi mancingnya terbagi saya tetap dapat ikan banyak. Tapi lebih banyak ibu itu. Minimal dua kali punya saya. Mungkin juga lebih.
Sesampai di rumah saya tak bercerita soal ketemu kerbau. Soalnya orang rumah nanti pasti akan mentertawakan saya. Dahulu saja ketika saya bercerita dikejar kerbau, semuanya terpingkal-pingkal. Kan malu untuk kedua kalinya akan terulang lagi. Jadi saya diam saja.
"Tumben sudah pulang, belum juga tengah hari. Baru satu jam."
"Lapar. Kan belum sarapan," sahutku mengalihkan perhatian. Ha ha ha...
Pekerjaan masih panjang nih soalnya. Sampai di rumaj tidak langsung berleha-leha. Masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.Â
Terutama memilah ikan menjadi tiga bagian. Yang paling kecil dipisahkan untuk nanti diolah menjadi ikan goreng tepung.Â