Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jika Kalian Lelah Membaca Isi Status WA Saya, Skip Aja!

8 Januari 2021   04:51 Diperbarui: 8 Januari 2021   05:17 2492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hayuk kali ini kita buka-bukaan! Siapa yang berani jujur, minimal jujur dengan diri sendiri.

Siapa yang setiap harinya ungga status WA lebih dari sepuluh kali, lebih dari tujuh kali, lebih dari dua kali, atau hanya sekali? Siapa yang kerjaannya hanya membaca dan mengamati status WA yang ada di kontaknya? Atau siapa yang tak pernah sama sekali mengecek status WA?

Salah satu dari kita pasti ada yang masuk dalam pertanyaan di atas. Tentu saja sambil mesam-mesem mengaku. Ingat lho ya, Nggak usah japri saya. WA saya jarang aktif kok....

Gaya hidup dan kebiasaan orang memang tidak sama. Tak sedikit yang kerjanya setiap apa diunggah ke status WA. Mulai dari bangun tidur, merapikan tempat tidur difoto lalu diedit sedikit biar keren. Di ujung kanan bawah diberi tulisan, "Aku sudah bangun, Sayang!" Satu jam berikutnya foto cantik pun mengambil posisi paling atas status, "Ini sudah cantikkan, Sayang!"

Nanti rada siangan sedikit, keluar lagi status WA-nya. "Masak sayur bobor nih, siapa mau incip-incip!" Dan seabreg kelakuan para pengunggah status. Yang lebih ngeri, segala kemesraan bersama pasangannya diunggah. Dalam hati saya mikir, "Apa nggak takut kualat tuh sama yang masih jomlo, lalu ketiban sial cerai di tengah jalan."

Nyatanya tak sedikit pasangan yang sering kita saksikan demikian mesra di media sosial berakhir dengan perceraian. Pas pemirsa melihat jejak digitalnya berkata, "Apa kata saya, kualat tho!" Kebangeten juga tuh yang nyeletuk begitu.

Ada juga yang ngomel di status WA juga ini masih, "Apa gunanya punya banyak kontak, jika tak satu pun status WA tak pernah dilirik." Kebangetan banget pokoknya, saking inginnya mendapatkan perhatian sampai segitunya. Tapi biarlah, wong itu hak mereka.

Katanya, yang ngetik tangannya sendiri, yang posting jempol-jempolnya sendiri. Salahnya yang lihat dan baca bukan matanya sendiri. Di situlah masalahnya.

Ada lho orang yang setiap jam unggah status WA,  tak peduli dalam kondisi apa. Sedih diunggah, senang diunggah, berantem diunggah. Pokoknya unggah. Mau ada yang baca, mau tidak. Persis kaya orang kentut aja. Setelah diunggah terbang entah kemana.

Ada juga yang ketika ditanya, buat apa sih mengunggah status di WA? Jawabnya enteng banget, "Saya kan berbagi kebahagiaan. Membagikan momen penting kehidupan saya biar jadi pelajaran buat yang lainnya." Hallo!?Emangnya semua status WA bisa dijadikan teladan! Ngaca dulu, Sayang!

Persis seperti ketika di sebuah rumah menyalakan suara musik sangat keras. Katanya, "Ini mesin punya saya. Listriknya, listrik saya. Mau nyaring, mau pelan  terserah saya dong?"

"Ya tidak bisa begitu bos! Telinga yang mendengar tidak hanya telinga anda. Siapa tau ada yang sedang ingin istirahat, ada yang ingin bercakap-cakap hal penting. Kalau semua suara lain tertutup oleh kerasnya suara soundsistem anda bagaimana rasanya?"

Sama halnya dengan pengguna WA, status memang status anda, yang ngetik jari jemari anda. Tak akan mengganggu siapa-siapa kok. Tapi yang lihat kan mata saya. Status hadir di Wa saya menggunakan kuota internet saya. Bagaimana coba?

Tapi ya, yang namanya mencari dalih pembenaran ada-ada saja alasannya. Nih, jadi perhatian bagi pengguna WA. Status yang anda buat bisa saja discreenshot lho oleh orang yang ada di kontak anda. Siapa tau dijadikan kliping kemudian jadi bahan cerita. Mending jika ceritanya berakhir bahagia. Jika derita, lalu dalam karang tersebut diberi judul, "Apa Kata Saya!"

Sekarang saya buka kartu nih. Jujur! Saya termasuk orang yang paling tidak suka membuka-buka dan memperhatikan status WA orang yang ada dalam kontak saya. Makanya setiap ada kesempatan membuka WA, pasti semuanya saya bersihkan.

Saking maniaknya membersihkan WA, sampai-sampai kadang ada pemberitahuan atau pun file yang dikirim atasan belum sempat terbaca dan hilang. Mau minta lagi malu. Hiks hiks hiks!

Terpaksa akhirnya bisik-bisik japri pada rekan sejawat minta dikirim ulang. Miris memang. Tapi begitulah.

Nih saya sudah jujur. Tinggal pembaca saja lagi mau jujur pada diri sendiri atau tidak. Apakah termasuk pada judul artikel ini? Termasuk orang yang maniak mengunggah apa pun momen kegiatan hariannya dalam status WA atau media sosial?

Jika jawabnya "Iya" gampang, kalau ada yang protes tentang banyaknya unggahan tersebut tinggal bilang, "Emang gue pikirin! Skip aja jika bosan!" Hahahaa... Koplak memang!

Jika jawabnya tidak, tinggal diam-diam saja kemudian membersihkan status yang ada pada WA-nya.

Sama saja sih sebenarnya, mengunggah, membaca, dan membersihkannya perlu waktu untuk melakikan itu. Jika time is money, berarti kita telah kehilangan uang yang berharga tanpa kita sempat menyadarinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun