Persis seperti ketika di sebuah rumah menyalakan suara musik sangat keras. Katanya, "Ini mesin punya saya. Listriknya, listrik saya. Mau nyaring, mau pelan  terserah saya dong?"
"Ya tidak bisa begitu bos! Telinga yang mendengar tidak hanya telinga anda. Siapa tau ada yang sedang ingin istirahat, ada yang ingin bercakap-cakap hal penting. Kalau semua suara lain tertutup oleh kerasnya suara soundsistem anda bagaimana rasanya?"
Sama halnya dengan pengguna WA, status memang status anda, yang ngetik jari jemari anda. Tak akan mengganggu siapa-siapa kok. Tapi yang lihat kan mata saya. Status hadir di Wa saya menggunakan kuota internet saya. Bagaimana coba?
Tapi ya, yang namanya mencari dalih pembenaran ada-ada saja alasannya. Nih, jadi perhatian bagi pengguna WA. Status yang anda buat bisa saja discreenshot lho oleh orang yang ada di kontak anda. Siapa tau dijadikan kliping kemudian jadi bahan cerita. Mending jika ceritanya berakhir bahagia. Jika derita, lalu dalam karang tersebut diberi judul, "Apa Kata Saya!"
Sekarang saya buka kartu nih. Jujur! Saya termasuk orang yang paling tidak suka membuka-buka dan memperhatikan status WA orang yang ada dalam kontak saya. Makanya setiap ada kesempatan membuka WA, pasti semuanya saya bersihkan.
Saking maniaknya membersihkan WA, sampai-sampai kadang ada pemberitahuan atau pun file yang dikirim atasan belum sempat terbaca dan hilang. Mau minta lagi malu. Hiks hiks hiks!
Terpaksa akhirnya bisik-bisik japri pada rekan sejawat minta dikirim ulang. Miris memang. Tapi begitulah.
Nih saya sudah jujur. Tinggal pembaca saja lagi mau jujur pada diri sendiri atau tidak. Apakah termasuk pada judul artikel ini? Termasuk orang yang maniak mengunggah apa pun momen kegiatan hariannya dalam status WA atau media sosial?
Jika jawabnya "Iya" gampang, kalau ada yang protes tentang banyaknya unggahan tersebut tinggal bilang, "Emang gue pikirin! Skip aja jika bosan!" Hahahaa... Koplak memang!
Jika jawabnya tidak, tinggal diam-diam saja kemudian membersihkan status yang ada pada WA-nya.
Sama saja sih sebenarnya, mengunggah, membaca, dan membersihkannya perlu waktu untuk melakikan itu. Jika time is money, berarti kita telah kehilangan uang yang berharga tanpa kita sempat menyadarinya.