Alasan lain yang ini tentu saja membuat miris. Bayangkan! Setelah lebih dari 75 tahun merdeka, konsumsi telur yang begitu bernutrisi saja tidak bisa rutin mereka konsumsi. Pastilah karena alasan kemiskinan.
Padahal harga sebiji telur ayam negeri hanya Rp 2.0000, atau 1 kg kurang lebih Rp 25.000. Walau harga di DKI Rp 24.148 per kg.
Kadang kita tidak sempat menengok tetangga sebalah kanan dan kiri kita. Mereka yang kebetulan tinggal di perumahan. Apalagi perumaham elit dan mewah, pasti saja tak akan pernah terlintas untuk berfikir apakah tetangga saya makan atau tidak hari ini.
Namun, jika telusuri lebih dalam lagi, berapa banyak orang yang menjaga perasaan miskinnya sehingga walaupun hanya makan sekali sehari dengan lauk minyak jelantah dan garam saja mampu dinikmati dengan sukacita.
Tak ada gunanya berkeinginan membagikan bungkusan makanan kepada mereka yang membutuhkan menunggu isi bungkusan tersebut daging masak gulai, sate kambing, atau makanan lezat lainnya. Hingga akhirnya kesempatan dan keinginan berbagi tertunda dan terlupa. Keinginan hanya tinggal keinginan. Tanpa bukti nyata.
Tetap saja, yang terbaik adalah memberikan sesuatu yang terbaik yang kita miliki dan paling kita cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H