Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Jago Kluruk" yang Kian Tak Asyik Lagi

25 Desember 2020   10:42 Diperbarui: 26 April 2021   13:29 8587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ing wayah esuk, jagone kluruk
Rame swarane pating kemruyuk
Wadhuh senenge sedulur tani
Bebarengan padha nandur pari
Srengenge nyunar kulon prenahe
Manuke ngoceh ana wit-witan
Paling cemruwit rame swarane
Tambah asri donya saisine

Pembaca yang budiman, apalagi mereka yang berasal dari daerah jawa pasti mengenal gending Jogo Kluruk. Biasanya gending ini dilantunkan pada acara walimah perkawinan. Kadang diiringi dengan joget artis penyanyinya dan tak lupa saweran.

Pernah suatu ketika, saat acara perpisahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para menteri. Sukardi Rinakit, dan penyanyi keroncong Endah Laras. Perpisahan itu dibungkus dengan acara silaturahmi di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 18 Oktober 2019. (Nasional.tempo.co)

Pelajaran yang terkandung dalam gending Joga Kluruk sebenarnya berkaitan erat dengan tradisi masyarakat Indonesia yang sangat kental pertanian. Makanya wajar ketika negara kita semestinya tetap menjadi negara agraris yang mampu memenuhi pasokan beras untuk bangsa ini.

Bisa jadi gending yang dilantunkan pada acara perpisahan dengan pak Jk dan kabinet Jokowi itu sekedar mengingatkan kembali tentang program pertanian yang dahulu pada saat kampanye begitu didengungkan.

Berdasarkan data BPS luas lahan baku sawah tahun 2019 tercatat, diperingkat pertama Jawa Timur dengan luas 1,2 juta ha, disusul oleh Jawa Tengah 1 juta ha. 

Selanjutnya peringkat luas lahan baku sawah adalah Jawa Barat 928.218 ha, Sulawesi Selatan 654,818, Sumatera Selatan 470,602 ha, Lampung 631,699 ha, Sumatera Utara 308,668 ha, Kalimantan Selatan 291,145 ha, Kalimantan Barat 242,972 ha dan seterusnya. Provinsi lainnya berada di bawah Kalimantan Barat.

Dari data di atas luas lahan baku sawah (LBS) Indonesia sebesar 7.463.948 hektare. Pulau Jawa mendominasi kepemilikan luas lahan baku sawah terluas. Jawa Timur menjadi provinsi dengan LBS terluas di Indonesia. Provinsi tersebut memiliki LBS sebesar 1,2 jutahektare. Jawa Tengah dan Jawa Barat berturut-turut mempunyai LBS sebesar 1.049.661 hektare dan 928.218 hektare.

Artinya wajar ketika gending Jago Kluruk menjadi menjadi karya sastra yang fenomenal di daerah. Masyarakat masih menginginkan bagaimana pertinan berkembang dengan pesat dengan hasil yang maksimal. Terutama menghasilkan padi (beras).

Tentu saja kita masih ingat bagaimana program pemerintah Jokowi ketika debat kampanye menyampaikan akan membuat embung-embung dan irigasi.

Di desa kami, dan beberapa beberapa desa sekitar, alhamdulillah pembuatan embung dan irigasi sudah selesai.

Dampak adanya embung dan irigasi memang telah diraskaan secara meluas oleh warga masyarakat. Walau tidak menutup mata terhadap begitu banyaknya embung dan irigasi yang kemudian berubah fungsi atau tidak dimanfaatkan sama sekali. Tentang pintu irigasi yang tidak dirawat secara maksimal oleh masyarakat dan sejenisnya.

Kembali ke soal Jago Kluruk. Penggambaran gending ini kental sekali dengan suasana pedesaan di mana padi di sawah sedang di tanam. menghijau. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan dan menyehatkan.

Sejenak kita mungkin akan lupa nasib para buruh tani yang berangkat pagi hari dan pulang ketika menjelang senja, namun kesejahteraannya jauh dari kata sederhana. Sebagian besar malah tidak cukup.

Ketika ada anak yang ditanya, jika nanti besar ingin jadi apa? Hampir tidak ada yang dengan bangga menjawab, "Saya jadi petani." Bayangkan jika bertani hanyalah sebuah pekerjaan karena keterpaksaan, lalu pada saatnya nanti kita dapat beras dari mana? Berharap selalu impor beras dari negara lain sangatlah tidak menguntungkan.

Oleh karena itu, sudah selayaknya seluruh yang terkait kembali melirik areal pertanian kita dan kembali menggiatkan warga masyarakat untuk mengolah sawah dan bercocok tanam padi.

Meskipun nantinya beras kebutuhan seluruh bangsa ini tidak mencukupi, minimal gelar negara agraris masih menjadi kebanggan sebagian besar bangsa ini. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun