Mohon tunggu...
Bledhek
Bledhek Mohon Tunggu... Operator - ____________

Pengkhayal LEPAS

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sweet Home dalam Bingkai Perspektif

19 Desember 2020   05:31 Diperbarui: 19 Desember 2020   05:53 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com 5 Alasan Nonton Drama Sweet Home, Rilis Hari ini di Netflix ...

Drakor! Siapa diantara kita yang belum pernah sekali pun menonton drama Korea? Siapa diantara kita yang pernah kecanduan drakor? Bagaimana rasanya?

Akh! Pertanyaan gak mutu mungkin ini, memangnya tak ada pertanyaan lain ya?

Tapi itulah yang terlintas dalam pikiran saya ketika ingat judul drakor yang lagi ngetren di televisi ini. Buktinya beberapa tahun lalu saya pernah benar-benar kecanduan drakor.

Bayangkan saja, dalam sebuah judul saja yang pasti durasinya mungkin sekitar satu jam, bahkan lebih, sementara setiap juudul bisa jadi terbagi menjadi 12 hingga 30 episode mampu saya lahap habis dalam waktu dua hari dua malam. Jelas-jelas sepertinya tak ada kegiatan lain selain menikmati sajian drama tersebut.

Entah bagaimana mulanya dahulu, yang jelas ketika sudah mulai menyaksikan drakor akan sulit untuk berhenti sebelum episodenya tamat. Seperti orang yang sedang kecanduan. Beruntunglah dalam hard disk eksternal saya habis stoknya. Akhirnya mau tidak mau, saya pun berhenti menonton.

Rumah idaman, baiti jannati mungkin begitulah layaknya dambaan setiap keluarga. Begitu masuk rumah, bagaimana pun bentuknya, kondisi dalam rumah mampu menjadikan penghuninya menjado tentram dan damai.

Pandangan materialistis akan mengatakan bahwa, jika rumah megah, perabotan bagus dan lengkap, ventelasi udara (sirkulasi udara, terutama yang memiliki AC), taman dan pekarangan tertata indah, dan sebagainya akab mengakibatkan penghuninya tenang berada dalam rumah tersebut.

Sebagian lain ada yang berpandangan bahwa, rumah yang nikmat dihuni jika penghuninya saling menyayangi, pengertian, dan saling mengasihi, dan sebagainya.

Tentu saja keduanya tidak ada salahnya. Masing-masing alasan dapat dibenarkan berdasarkan prespektif masing-masing orang.

Kondisi riil ternyata banyak perbedaanya. Kita saksikan bagaimana begitu banyak orang yang memiliki rumah dan perabota mewah dan lengkap ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya berada di luar rumah. Mencari kesenangan di tempat lain.

Demikian juga dengan alasan investasi satu keluarga memiliki lebih dari satu tempat tinggal yang juga dalam kondisi sangat mewah. Hingga akhirnya rumah mewah tersebut hanyalah jadi tempat tinggal para pembantu dan satpam mereka. Sementara waktu berjalan dan tak terasa ajal datang menjemput penghuninya. Lantas kapan menikmati rumah mewah tersebut?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun