Mohon tunggu...
Arif Nur Prastyaji
Arif Nur Prastyaji Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

JNE Pulihkan Semangat Batik Saji dari UMKM Lokal Menembus Pasar Nasional

30 Juli 2024   21:26 Diperbarui: 30 Juli 2024   21:40 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Batik Pace (Dokumentasi Penulis)

Pandemi Covid-19 berhasil mengguncangkan berbagai sektor strategis perekonomian di Indonesia. Pada kondisi ini seluruh manusia di tuntut menguasai dunia digital dan meninggalkan kegiatan konvensional. Salah satu perubahan tersebut tercermin dalam gaya belanja masyarakat yang berubah menjadi belanja melalui e-commerce. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa e-commerce memiliki prospek yang menjanjikan bahkan menjadi jantung perekonomian dikala pandemi covid-19. 

Akan tetapi sebagian besar potensi tersebut hanya dikuasai oleh masyarakat perkotaan yang memiliki fasilitas internet dan sumber daya yang mumpuni. Rendahnya akselerasi strategi pemasaran e-commerce dan keterbatasan akses logistik menjadi penghalang utama penerapan e-commerce bagi UMKM lokal di perdesaan. 

Salah satu UMKM lokal yang terdampak problematika tersebut ialah Batik Saji di Kabupaten Pacitan. Batik Pace merupakan salah satu UMKM lokal karya seni batik yang memiliki motif khusus batik pace. Berita positifnya, JNE berusaha hadir dengan semangat baru yang menghubungkan produk UMKM Lokal guna menembus pangsa pasar e-commerce secara nasional. Lantas bagaimana produk batik pace tembus pasar nasional?

Khas Motif Lokal Produk Batik Pace

Batik Pace merupakan salah satu unit kesenian batik yang memiliki nilai estetika dan simbol kebudayaan di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Unik nya motif batik pace terinspirasi dari filosofi Pacitan yang berasal dari kata "Pace ing sisih wetan" ataupun Buah Pace yang berada di timur pulau jawa. Buah pace sendiri telah lama dipercaya sebagai jamu dalam meningkatkan imunitas tubuh dan menjaga kesehatan pencernaan. 

Di balik itu, sebagian besar batik pace memiliki landasan dasar hijau dan biru yang menggambarkan kenukikan lokal Pacitan dengan potensi agrikultur dan kelautan nya. Hal ini menjadikan motif batik pace menjadi produk primadona yang diberdayakan UMKM lokal termasuk Batik Saji di Kabupaten Pacitan.

Batik Saji berlokasi di Desa Sukhoharjo, Pacitan dirintis oleh pembatik lokal yang bernama Saji.  Keberadaan UMKM ini bermula dari keinginan Pak Saji untuk mengunggulkan motif batik pace agar dikenal oleh seluruh masyarakat nasional maupun internasional. Keunikan pada UMKM Batik saji terletak pada penggunaan bahan alami pada corak batik dan sistem alkulturasi batik lokal serta modern. Kabar baiknya, batik saji berhasil menjadi salah satu UMKM lokal yang mampu menjadi rujukan ikon batik pace di Kabupaten Pacitan. 

Hal ini juga didukung dengan posisi strategis Kabupaten Pacitan sebagai kota Pariwisata, sehingga memudahkan batik saji dalam menjual dan memperkenalkan produk batik ke seluruh pengujung wisata. Keberhasilan batik pace dalam memasarkan produknya dibuktikan dengan peningkatan penjualan batik pace setiap tahun nya. Bahkan hingga saat ini batik saji telah mampu menjadi jantung pekerjaan bagi pemuda lokal di Desa Sukhoharjo.

Namun sayang nya, kenyamanan penjualan konvensional memberikan tamparan bagi UMKM lokal ketika dunia menuntut UMKM dinamis terhadap perubahan gaya belanja kala pandemi covid-19. Ketergantungan batik pace terhadap potensi wisatawan di Kabupaten Pacitan memberikan boomerang aktif bagi penurunan penjualan batik pace. Kondisi ini dirasakan saat pandemi Covid-19 ketika penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan pelarangan pembukaan kawasan wisata. 

Bahkan dalam wawancara yang penulis lakukan dengan Saji pemilik UMKM Batik Pace mengungkapkan bahwa "Pandemi Covid-19 menjadi pukulan yang berat mas, sehari terjual 10 saja sudah sangat bersyukur malah kadang tidak terjual sama sekali" Kamis (09/05/2024). Lebih mirisnya, ketika pandemi covid-19 berbagai beban operasional seperti beban Listrik dan beban gaji semakin membengkak, sedangkan penjualan produk batik semakin turun. Oleh karena itu, pengurangan dan penghentian karyawan terpaksa dilakukan demi mempertahankan keberlanjutan bisnis ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun