Mohon tunggu...
Arif Nur Kholis
Arif Nur Kholis Mohon Tunggu... -

Seorang multi minat yang sebenarnya bingung minat aslinya apa. Tinggal di Yogyakarta, asal Kendal -Jawa Tengah. Tukang nonton Film, baca Novel, dan sempat jadi relawan ketika terjadi Gempa Bumi Yogyakarta,Tasikmalaya dan Sumatera Barat. Senang Traveling, aktif di Pusat Studi Falak di sebuah perguruan tinggi, sedang belajar memotret dan lagi coba mengembangkan tulis-menulis. Sekarang sedang mengembangkan sebuah travel adventure orgaizer di Pulau Lombok bernama "Rinjani Magazine" dan jadi pendamping beberapa institusi pendidikan,kesehatan, sosial dan bisinis yang sedang mengembangkan manajemen website-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Takbir Diteriakkan Atas Dasar Pertumpahan Darah

21 Agustus 2013   04:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:02 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin banyak yang kemudian akan mengingatkan saya dengan berbagai perang yang dilakukan Rasulullah SAW, ketika kemudian banyak Shahabat yang syahid karena berjihad. Saya hanya takut, fitnah yang terjadi pada masa-masa pasca Rasulullah SAW wafat, ketika sesama sahabat yang jelas dijamin masuk surga saling serang dan menumpahkan darah, ketika para Kholifah kerajaan Islam yang juga saling menumpahkan darah. Akan terus terjadi hingga akhir jaman , bahkan semua yang berkonflik berperang atas nama keyakinan akan kemuliaan Syahid yang akan disambutnya.

Sejarah umat Islam pasca Rasulullah SAW harus kita akui banyak yang berlumuran darah. Banyak perbedaan pendapat baik masalah aqidah, fiqh hingga politik yang kemudian berujung dengan pertumpahan darah dengan masing-masing merasa memiliki dalil yang kuat. Sekali lagi , mari kita berfikir kedepan ! Mari kita berfikir bagaimana menjadi umat terbaik ! Mari kita berfikir bagaimana Yatim dan Orang Miskin bisa disantuni dan diberdayakan ! Mari kita teriakkan takbir untuk hasil perjuangan kita ketika umat manusia terbebas dari bencana, ketika umat manusia terbebas dari kemiskinan, ketika  umat manusia bisa mencapai menyibak rahasia alam yang dalam, ketika umat manusia bisa membangun sebuah tatanan hidup di dunia yang aman, tentram, damai, teratur dan bebas dari penindasan dan dendam.

Maaf , dengan tegas saya tidak sepakat dengan slogan : Tidak harus menjadi orang pintar untuk ikut bersolidaritas dengan korban di Mesir. Karena menurut saya, setiap pilihan sikap kita pada hakekatnya adalah Ijtihad pribadi kita. Dan untuk itu harus berdasarkan dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup. Solidaritas tidak akan ada artinya kalau asalnya dari sekedar taklid. Menjadi orang berilmu itu perintah Allah SWT, bahkan itu wahyu pertama Rasulullah SAW


Kerja kita masih berat.  Butuh banyak sekali energi, badan sehat, manusia-manusia yang sabar dan tahan banting untuk mewujudkannya. Butuh banyak sekali manusia-manusia yang berani hidup dalam persaingan di dunia untuk menunjukkan bahwa kita umat terbaik itu. Butuh banyak sekali energi, badan sehat, otak - otak cemerlang dan kekuatan harta untuk mewujudkan semua itu.

Umat manusia saat ini sudah mencapai satu fase tatanan konsensus-konsensus dan aturan main global yang jauh lebih tertata dibanding ketika Rasulullah SAW mengusahakan tatanan referensi di Madinah Al Munawaroh dulu. Jihad untuk berkontribusi dalam perbaikan demi perbaikan tatanan dunia saat ini jauh lebih terbuka dibanding jaman kegelapan yang dihadapi Rasulullah SAW dahulu. Didiklah diri dan bersainglah sungguh-sungguh sesuai dengan pilihan profesi kita saat ini untuk menyumbang pembangunan tatanan dunia yang lebih baik. Didiklah diri, tetapkan standar kompetensi tinggi dan bersainglah bersungguh-sungguh untuk menjadikan Al Qur'an inspirasi peradaban baik untuk yang mengimani maupun yang belum mengimaninya. Pandanglah dunia ini dalam pandangan positif ! Pandanglah prestasi peradaban manusia saat ini sebagai prestasi seluruh umat manusia ! Pandanglah pencapaian peradaban manusia sekarang adalah panggilan universal untuk menepati janji yang telah diucapkan ketika Ruh ditiupkan di masing-masing jasad sebelum lahir.

Sekali lagi mohon maaf sebesar, besarnya. Ini perenungan saya pribadi, bukan atas nama organisasi apapun yang saya ikuti. Bukan pula untuk menjadi panduan siapapun, termasuk mereka yang saat ini dalam amanah saya untuk saya pimpin. Saya bukan ustadz, saya belajar agama dan banyak ilmu lainnya juga tidak seluruhnya melalui satu proses sistematis yang ditwarkan baik pondok pesantren, madrasah atau universitas. Saya hanya coba mengenal diri dengan rajin bertanya pada nurani saya, mana yang benar, mana yang salah. Saya belum khatam mengkaji Al Qur'an. Saya tidak bisa membaca kitab kuning. Tulisan ini adalah upaya saya bersungguh-sungguh merenungi atas semua yang terjadi dihadapan saya saat ini.

Mohon maaf kalau berbeda pendapat. Saya hanya ingin mengigatkan bahwa : Agenda manusia untuk menciptakan peradaban bersama sebagai wakil Allah SWT di muka bumi ini masih sangat banyak. Dan itu butuh orang hidup, bukan orang mati. Butuh orang pintar, bukan orang bodoh. Butuh orang kaya bukan orang miskin. Butuh orang bahagia, bukan orang yang terus bersedih. Butuh orang baik, rendah hati, santun, dermawan bukan orang sombong, tinggi hati, dan pelit.

Akhirnya saya berfikir :

Bila kita terus berfikir bahwa darah harus dibayar dengan darah, padahal pertumpahan darah itu terjadi karena fitnah atau kurangnya ilmu. Maka kita hanya akan terjebak pada dendam yang tidak berkesudahan. Bukankah itu sumber kerusakan umat - umat terdahulu sejak jaman Qobil dan Habil ?. Hanya ALLAH yang Maha Mengetahui ............."


Yogyakarta, 21 Agustus 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun