Mohon tunggu...
Arif Nasiruddin
Arif Nasiruddin Mohon Tunggu... Administrasi - Buruh ketik kantor pemerintah

Penglaju Bantul-Jogja PP, penggiat pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak..

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Foto Gadis Tersenyum di Belakang Bus

20 Februari 2024   13:00 Diperbarui: 21 Februari 2024   16:36 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAGIAN I

Apa-apa sekarang itu yang penting viral, kata mak Ijah tetangga ku yg hobi ngerumpi.

Mau jadi lurah, harus viral,

Mau jadi presiden, ya harus viral,

mau jadi kembang desa yang digandrungi ya harus viral.  kalau gak viral siapa juga mau ngelirik.

Bakul oncom saja kalau viral ya laris manis. Pokoknya harus viral.

Sebagian aku tidak menampik kebenaran ujaran Mak Ijah. Memang apa-apa harus diviralkan biar dapat perhatian, biar laku, biar banyak yang ngelirik.  toh sekarang banyak cara. Ada Tiktok yang bisa buat pamer joged gemoy biar semakin banyak yang perhatian. Banyak yang ngelirik. Tapi harus didadari bahwa hidup tak semudah ujaran dalam kenyatannya. Tak semua orang luwes kalau joged, tidak semua orang luwes di depan kamera. Salah-salah bukannya viral yang menarik malah bisa bisa jadi omongan orang seantero jagad, jeleknya.

Apalagi soal percintaan, sekali lagi, "tak segampak ujaran Mak Ijah".  Saya sudah membuktikan.

-------------------------------

Ulang tahun keduapuluh sembilan adalah tusukan keras bagi aku. Rasanya seperti mau mati saja ketika sadar sudah dua puluh sembilan tahun dan tidak punya pacar. Sudah bosan menerima pertanyaan orang-orang, "Kenapa belum punya pacar?", yang aku sendiri saja tidak tahu jawabannya. apalagi di tanya. "Kapan menikah?",sudah bosan!

Soal viral tingkat kecamatan, aku kira tak kurang viralnya aku. kalau orang tanya di ujung jalam masuk kabupaten, "Dimana rumah mbak Neni?" pasti semua tahu dan memberikan instruksi tepat ke halaman rumahku. Siapa di kabupaten ini yang tidak kenal Mbak Neni, anak pak Brojo mantan Anggota DPRD, orang kaya yang punya bisnis Angkutan. 

Siapa yang tak tahu wajah cantik Jeng Neni yang dipasang indah di belakang tiap bus pak Broto yang berjumlah dua puluh tiga. "Senyummu Tak Semanis Jeng Neni" atau yang di tulis  besar-besar, "Senyummu Membawa berkah dengan gambar Senyum Jeng Neni".  Bus Pak Broto yang mondar mandir antar kota selalu membawa senyum manis Jeng Neni.

Kembali pada ujaran Mak Ijah, "Apa kurang viralnya aku?" "Jeng Neni", disebut salah satu anak kabupaten yang paling berprestasi, juara lomba atletik tingkat SMA, juara baca puisi dan juara-juara yang lain. Tapi hidup tak semudah ujaran Mak Ijah. Jening Neni Viral, tapi tak punya pacar.

-----------------------------------

Masih beruntung aku masih tergolong waras, masih membedakan yang nyata dan yang maya. Walaupun berat menjaga kewarasan. Candaan supir dan kernet karyawan bapak kadang juga membuat aku tambah snewen, "Nyari yang kayak apa to Jeng... nanti kalau terlalu pilih-pilih malah dapat yang jelek lho.." kata Jono, kernet bis nomor 13 yang kepalanya mirip kobis. "wong edan..!!"

Dikiranya mudah melupakan, aku baca buku-buku psikologi, buku motivasi untuk mau membuka diri. Simbok malah mengajakku ke psikolog, ke konseling, dibilangnya harus di terapi dengan kesimpulan saran untuk move-on. Dunia memang penuh dengan orang-orang yang snewen, dikiranya mudah untuk melupakan. "Mengubah hati tak semudah ujaran Mak Ijah"

Mungkin salahku juga, sepuluh tahun yang lalu, hatiku terlanjur tertambat pada mas Bagus, mungkin  pintunya sudah terlanjur tertutup oleh Mas Bagus, Hati yang mudah itu cintanya telah di ambil hanya untuk Mas Bagus. Mas Bagus yang sudah pergi entah kemana.  Alhasil, deretan anak-anak teman bapak yang antri melamar, pun kalah sama ingatanku pada pesona mas Bagus. Mas Bagus yang sudah pergi itu. Bapak yang jadi snewen, harus berkali-kali minta maaf karena lamaran untuk anak-anak laki-laki temannya di tolak.

Nah, Dunia jadi semakin lengkap penuh orang-orang yang snewen. Bukan karena aku yang tak juga mau menerima cinta yang lain, tapi karena  engkau Mas Bagus. Engkau yang menghilang entah kemana, padahal aku terlanjur cinta.

Seperti juga malam-malam sebelumnya kuhabiskan secangkir kopi panas sambil memandang malam dari jendela. Mataku mencari-cari, siapa tahu Mas Bagus datang. Dari balik jendela terdengar sayup aroma dangdut :

"Dimana kini masa laluku

Apakah engkau mendengar laguku

Yang telah tersaji hanya untukmu

Sebagai pelengkap cerita hidupku*

 

 

*diambil dari lirik Masa Lalu di populerkan oleh Zizan Band

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun