H-2 lebaran, dan besok adalah hari terakhir di bulan Ramadhan. Itu artinya nanti malam adalah sahur terakhir. Di sisi lain begitu sedih, karena bulan kemuliaan telah berlalu.
Namun, memang begitulah yang berjalan. Waktu berjalan begitu selalu. Tak pernah berubah. Yang berlalu akan segera diganti dengan yang baru.
Nah, hari-hari menjelang lebaran seperti saat ini memang menjadi hari yang cukup sibuk bagi sebagian orang. Termasuk saya pribadi. Saya hendak berbagi cerita mengenai kesibukan yang selalu  saya lakukan di setiap menjelang lebaran.
Berpastisipasi Dalam Amil Zakat
Kebetulan sudah sejak remaja saya cukup aktif di masjid di kampung halaman saya. Sehingga hampir pasti di setiap tahun, saya terlibat banyak kegiatan di masjid, terlebih di bulan Ramadhan hingga hari Raya Idul Fitri. Dulu sebelum pergi merantau, saya benar-benar penuh berkontribusi dan membantu di setiap kegiatan yang diadakan, seperti tadarus rutin, pengajian, zakat fitrah, shalawat rutin dan masih banyak lagi.
Dan seperti tahun kemarin, kembali saya ikut aktif membantu dalam kepanitiaan amil zakat. Yah apa yang bisa saya bantu dan lakukan, ya saya lakukan. Entah itu membantu membungkus beras zakat, menjadi tenaga angkat junjung, hingga terlibat dalam pembagian zakat fitrah kepada masyarakat.
Di tempat saya, mayoritas orang-orang berzakat masih menggunakan beras. Masih bisa dihitung jari orang yang membayar zakat dengan uang tunai. Karena memang, para sesepuh juga lebih menyarankan menggunakan makanan pokok yang dikonsumsi sehari-hari untuk berzakat, yaitu beras.
Dan tentu dari sekian banyak orang yang berzakat dengan beras, akan banyak sekali beras yang dibayarkan dari berbagai jenis. Ada yang berjenis premium, seperti beras-beras bermerek yang mudah dijumpai di pasar-pasar modern, hingga beras yang biasa saja yang dari segi harga tentu lebih murah.
Sesuai dengan kesepakatan bersama, baik itu beras yang bagus atau berkualitas terbaik dan beras yang biasa-biasa saja, semua dicampur menjadi satu, untuk menghindari kecemburuan dan perdebatan yang tidak perlu, terutama dari kalangan penerima zakat.
Jadi bila dijelaskan secara ringkas panitia amil zakat ini terdiri dari pertama orang yang bertugas membimbing masyarakat yang berzakat agar ketika mengucapkan niat berzakat sesuai dengan syariat. Kedua bagian administrasi atau pendataan, ketiga bagian pengoplosan dan pembukusan beras, dan keempat bagian distribusi  dan pembagian.
Perlu diketahui bahwa orang-orang yang berpatisipasi membantu dalam kepanitian zakat ini tidak diberi imbalan apapun karena memang sedari awal diniatkan untuk mengabdi, bukan untuk mencari penghasilan. Sehingga tidak ada cerita orang yang ikut terlibat keberatan akan tugas yang diberikan kepadanya karena semua dilakukan secara ikhlas.
Takbir Keliling
Ini yang sepertinya tabu untuk dilewatkan, karena memang itu salah satu tanda-tanda hari raya sudah tiba. Takbir keliling. Di tempat saya yang paling antusias adalah anak-anak kecil yang paling senang kalau diajak untuk takbiran. Sedangkan yang dewasa atau para remaja membantu mengawasi dan mempersiapkan hal-hal teknis yang diperlukan.
Jadi, kami masih berusaha mempertahankan tradisi ketika takbir keliling tetap membawa obor bamboo untuk penerangan. Anak-anak diberi obor satu per satu, dan ditata dala suatu barisan yang rapi sehingga terbentuklah pasukan berobor yang berjalan rapi sambil mengucap takbir. Berjalan berkeliling kampung untuk menyerukan bahwa semua bahagia akan hadirnya hari kemenangan.
Sedangkan yang di rumah biasanya ibu dibantu adik saya memasak untuk keperluan hari raya. Sudah bisa ditebak bukan kira-kira apa menunya? Sungguh teramat mainstream. Opo ayam dan ketupat. Kalau bukan itu ya masak semur dan masakan-masakan khas lebaran lain.
Itu adalah kesibukan saya, bagaimana denganmu? Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI