Terjadi pergesaran maknawi yang cukup jauh di sini. Memang saya sadari, mereka tidak lantas berpikir sejauh itu, karena memang belum waktunya untuk demikian. Tapi setidaknya mereka belajar bahwa di lebaran itu nanti aku dapat uang. Uang pemberian. Dan faktanya mereka menyukainya dan bahagia bila mendapat banyak uang. Secara tak langsung mereka lebih memetingkan uang daripada bertemu dengan kerabat.
Bukan momen pertemuan dengan kerabat yang mereka tunggu-tunggu, tapi isi dompet kerabatnya yang mereka tunggu-tunggu.
Saya pun sempat mengalaminya semasa kecil. Ketika berkunjung ke rumah atau ke tetangga, yang diharapkan nanti ketika di sana adalah dapat uang. Saya hafal betul siapa-siapa saja yang akan memberikan uang yang nominalnya besar.
Terlebih bila berkunjung ke tempat tetangga dengan teman-teman sebaya. Motif utamanya memang cari uang. Bukan untuk silaturahim. Itu saya rasakan sendiri. Dan memang saya akui, senang dapat uang banyak.
Padahal di sisi lain, di kalangan para dewasa belum tentu ketika lebaran mereka dalam kondisi keuangan yang bagus. Dalam arti belum tentu punya uang untuk membagi-bagikan uang kepada anak-anak selain anak-anaknya sendiri.
Karena tuntutan kebiasan inilah mereka jadi mau tidak mau harus memberikan uang kepada anak-anak. Bila tidak melakukannya maka akan merasa malu dihadapan kerabat yang lain atau bahkan dilabeli orang yang pelit. Â
Faktanya juga terkadang ada semaca aturan tak tertulis bahwa ada batas minimal berapa uang yang dibagikan. Ada yang minimal pecahan 10 ribu, ada yang 20 ribu bahkan ada yang setidaknya 50 ribu hingga 100 ribu. Bila dikalkulasikan apabila setiap anak diberi 50 ribu, dan ada 10 anak saja, setidaknya harus menyiapkan 500 ribu untuk melakukan 'tanggungjawab'-nya membagikan uang.
Kalau memang sedang ada rejeki lebih bukan masalah, tapi bagaimana sedang dalam keadaan sempit?
Setidaknya terdapat dua kritik atas kebiasaan bagi-bagi uang bagi anak-anak di hari lebaran. Pertama, dampak bagi si anak yang mana bisa mempengaruhi pola pikir dan mindset-nya tentang hari lebaran (walau perlu telaah lebih lanjut seberapa jauh pengaruhnya).
Kedua, ada semacam 'pemaksaan' secara tidak langsung kepada mereka (orang dewasa) untuk membagi-bagikan uang kepada anak-anak di dalam kondisi apa pun.
Bukan masalah bila memanfaatkan momen lebaran sebagai ajang berbagi dan member. Itu malah bagus. Namun bagaimana agar niatan untuk member menjadi disalahartikan sebagai suatu keharusan yang mau tidak mau harus dilakukan. Di samping juga memikirkan kembali bagaimana pengaruhnya pada si anak, apakah berdampak baik atau malah sebaliknya.