Berkumpul bersama keluarga besar di hari fitri merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang. Terutama bagi mereka yang harus tinggal jauh dari sanak keluarga demi mencari nafkah di tanah rantau. Momen lebaran adalah satu hal spesial yang dinanti-nanti.
Namun, tak semua orang yang merantau bisa pulang kampung pada lebaran di setiap tahunnya. Ada banyak sekali alasan mengapa mereka tidak bisa mudik. Tentu raut kekecewaan dan gambaran di hari lebaran yang begitu sunyi, sepi dan membosankan terlihat jelas di wajah mereka.
Satu dua alasan biasanya terkait pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Semisal bisa ditinggal itu juga tidak bisa lama. Kedua, waktu yang tidak memadai. Libur lebaran yang diberikan dirasa tidak cukup untuk pulang pergi ke kampung halaman. Karena kebetulan kampung halamannya jauh. Dan ketiga, sedikit konyol memang, tidak mudik karena malu.
Seperti judul di atas, pulang malu tidak pulang rindu.
Kalimat ini sangat akrab di telinga para orang-orang rantau, dan juga sering terlihat di pantat truk-truk yang ada di jalanan. Mengapa bisa malu kalau pulang kampung?
Tentu alasanya klasik yaitu belum sukses. Sehingga ketika pulang dan ditanyai pencapaiannya apa, tidak  bisa menjawab apapun. Ketika mudik kok terlihat tidak bawa buah tangan yang apapun, kalaupun bawa itu tidak menarik. Belum bisa bawa kendaraan baru atau bagi-bagi THR ke keluarga dan orang-orang di kampung.
Tak bisa dipungkiri, saat ini orang mudik ke kampung bukan hanya untuk bersilaturahmi dengan handai taulan di sana, namun juga sebagai ajang unjuk gigi. "Ini lho aku, sekarang sudah sukses dan kaya". Menjadi ajang pamer apa yang sudah di dapat di tanah perantauan, dan dipertontonkan sebagai suatu kebanggaan.
Oleh karena itu, sebagain yang merantau merasa malu bila tidak bisa menunjukkan pencapaian yang sudah dia dapat di perantauannya. Sialnya, masyarakat jaman now lebih menilai dari sisi materiil semata. Sisi lainnya pokoknya tidak dianggap.Â
Sehingga buat mereka yang pulang tidak bawa mobil atau oleh-oleh yang melimpah, belum dikatakan sukses. Ujung-ujungnya jadi bahan gosip. Lalu gosip menyebar, dan sampai di telinga  keluarga yang bersangkutan, dan akhirnya kena semprot juga karena malu. Â
Itu sedikit analisa prematur, mengapa orang malu buat pulang kampung. Walaupun memang tidak semua orang seperti itu, masih banyak juga yang masih belum sukses tapi tetap mudik. Dia tetap percaya diri dan tidak begitu menghiraukan apa kata orang. Â
Buat mereka yang tidak pulang tidak ada pilihan lain selain bertahan di perantauan. Dalam sanubarinya yang paling dalam tersemat kerinduan yang begitu besar kepada kampung halaman. Namun apa daya rasa malu lebih berat dari rasa rindu.