Mohon tunggu...
Arif Muhammad
Arif Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulislah untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Saya Pilih Casual Saja!

31 Mei 2018   22:42 Diperbarui: 31 Mei 2018   23:08 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi casual. (credit image : d-fashion-style.blogspot.com)

Nah, bila di waktu-waktu libur, saya lebih senang memakin kaos polos, dengan celana jeans dan sandal atau sepatu. Intinya terkesan santai dan tidak ribet. Karena memang itu juga mengenai kenyamanan dan keluluasaan. Cenderung tidak memilih gaya berpakaian yang ribet.

Di samping itu, kalau memang lagi ingin, saya juga hanya memakai sarung serta kaos saja, dan memakai peci. Bila memang tidak ada acara keluar, dan hanya beraktifitas di dekat rumah. Gaya itu yang saya pilih.  Casual yang sedikit "nyantri".

Lalu ketika sholat, beda lagi. Berhubung sholat adalah ibadah yang penting, saya usahakan juga memakai baju yang sesuai juga. Saya pernah disentil oleh guru saya, beliau berkata,

"Masa, kita menghadap atasan atau bupati atau siapa pun, yang dianggap punya kedudukan, kita bela-belain rapi sini sana, tanpa celah. Sedangkan menghadap Allah, Dzat Yang Maha Agung, yang punya dunia seisinya, yang punya hidup kita, hanya memakai kaos oblong. Kan wagu?"

Kata-kata beliau selalu terngiang di kepala saya, sehingga efeknya saya berusahan berpenampilan baik juga ketika hendak sholat. Bila dalam keadaan tidak ke mana-mana, ketika ibadah, tetap memgusung tema casual, namun lebih pantas. Memakai sarung, baju koko atau kemeja yang sesuai dan peci. Intinya rapi tapi tidak ribet.

Bagi saya gaya casual begitu fleksibel termasuk untuk di bulan Ramadhan. Tinggal sesuaikan dengan tipe baju dan situasinya saja. Karena gaya casual juga bisa dipakai dalam situasi yang berubah-ubah. Serta dapat dijadikan pilihan bagi siapa saka, baik itu laki-laki atau perempuan. Sejauh tidak menabrak norma agama dan norma asusila yang berlaku di masyarakat kita.  

Pilihan berpakaian setiap orang berbeda-beda memang. Tidak perlu dibanding-bandingkan atau bahkan diperdebatkan. Itu hak masing-masing.

Namun di samping itu, satu hal yang penting adalah bukan apa yang dipakai dalam tubuh kita, melainkan apa yang dipakai dalam hati kita. Jangan sampai, kita menampilkan kesan begitu religius,  penuh dengan nuansa islami, namun dalam hati masih saja ada rasa sombong, iri atau dengki.    

Pakaian itu simbol dan terkadang, apa yang dipakai belum tentu mencerminkan kepribadian seseorang. Ada orang yang berpakaian sederhana, terlihat seperti seorang awam ternyata adalah seorang 'alim. Sedangkan yang memakai pakaian yang terlihat begitu islami, memaki jubah atau semacamnya, namun hobi menebar fitnah dan kebencian.

Walau gaya pakaian kita beda-beda, namun kita masih saudara. Bila memang bukan saudara dalam seiman, kita saudara dalam kemanusiaan.

Salam damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun