Beberapa tahun silam, sempat booming suatu acara sinetron Ramadhan di salah salah satu stasiun televisi nasional. Pada sinetron tersebut secara garis besar menceritakan kisah seorang tiga orang pemuda yang berhijrah dari kehidupan lamanya, untuk kemudian belajar agama dengan seorang ustad  di suatu mushola yang sederhana. Selama masa-masa belajar agama tersebut mereka banyak mengalami peristiwa kehidupan yang sarat akan hikmah. Oleh karenanya menurut saya dalam judul sinetron tersebut dipilihkan frase yaitu Para Pencari Tuhan atau disingka PPT.
Sayangnya, sepertinya pada Ramadhan tahun ini, sinetron tersebut tidak ditayangkan. Atau mungkin ditayangkan tapi saya tidak mengetahuinya, karena memang saya tidak mempunyai televisi.
Baiklah, sayangnya lagi pada kesempatan ini, kita tidak akan berbicara mengenai sinetron PPT itu lebih lanjut. Karena memang pada dasarnya saya juga tidak begitu mengetahui seluk beluk sekuel sinetron tersebut. Yang akan saya bicarakan ada PPT yang lain, yaitu Para Pencari Takjil.
Yah, frase Para Pencari Takjil mungkin tidak semua orang akrab dengan istilah tersebut. Karena sejauh yang saya tahu, memang itu hanya populer di kalangan mahasiswa di Yogyakarta. Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai Kota Pelajar dengan segala keunikannya, bukan hanya soal budaya, tempat wisata, orang-orangnya dan pemimpinnya, Sri Sultan Hamengku Buwono yang terkenal, melainkan mahasiswanya juga.
Maka tak heran banyak yang mahasiswa yang walau mereka sudah lulus ada yang masih menetap di Yogyakarta. Bagi mereka yang lulus kemudian pulang atau berkarir di kota lain, berdasarkan apa yang saya dengar dari pengalaman rekan-rekan saya, semua merasakan rindu yang sama terhadap kota ini. Ada semacam keterikatan batin yang tak terjelaskan yang membuat kota ini menjadi rumah kedua bagi siapapun.
Kembali pada Para Pencari Takjil. Di setiap bulan Ramadhan, hampir di seluruh masjid yang ada di penjuru kota Yogyakarta, baik masjid besar seperti Masjid Gede, Masjid Pakualaman, Masjid Jogokaryan, Masjid Syuhada maupun masjid-masjid di kampung-kampung biasa, secara serentak membuat acara pengajian dan buka puasa bersama di masing-masing tempat. Setiap masjid mempunyai konsep acara masing-masing walau pada intinya sama pengajian sebelum berbuka. Termasuk juga mengenai menu buka puasa. Â
Di tiap-tiap masjid memiliki varian menu masing-masing. Ada yang menu hari ini opor ayam, ada yang pecel lele, ayam gorang, dan juga menu-menu menggoda yang lain.
Nah keuntungannya adalah bahwa fakta di setiap masjid yang berbeda-beda itu yang memiliki varian menu berbuka puasa yang berbeda pula, menjadi semacam daya tarik tersendiri bagi mereka para pencari takjil. Bagaimana tidak, apabila mau, dalam satu bulan bisas saja berkeliling ke masjid-masjid untuk memburu takjil dengan menu yang berbeda-beda. Dan tidak ada yang tahu pasti, apa menu pada hari itu di masjid tertentu. Jadi ada semacam surprise, kira-kira hari ini apa menunya? Oleh karenanya akan jauh dari kata jenuh dan membosankan, karena setiap hari aka nada variasi tempat dan menu. Hmmm menarik bukan? Â Â Â
Dan yang penting adalah gratis!
Karena situsi yang demikianlah maka muncul sebutan Para Pencari Takjil. Mereka yang selalu senantiasa berkeliling dari masjid ke masjid mencari takjil-takjil yang menggugah selera. Selain dapat takjil yang enak, tentu berpahala juga, karena secara langsung ikut menyemarakkan Ramadhan dan meramaikan masjid dan dapat ilmu pula dari pengajian yang diadakan. Â