Mohon tunggu...
Arif Muhammad
Arif Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Menulislah untuk keabadian

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Target Ramadhan Sesungguhnya

17 Mei 2018   15:32 Diperbarui: 17 Mei 2018   16:21 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadhan hadir kembali. Datang membawa sejuta berkah dan karunia. Bagi setiap muslim dimana pun itu, Ramadhan adalah momen tepat untuk memingkatkan kualitas diri, baik kualitas secara batiniah maupun kualitas secara ragawi.

Kadang kita sering mendapat pertanyaan, apa target Ramadhanmu tahun ini? Apa saja yang mau kamu lakukan di Ramadhan tahun ini?

Pertanyaan yang sah-sah saja dilontarkan oleh siapa saja dan kepada siapa saja. Justru pertanyaan semacam ini menjadi semacam refleksi atas pencapaian pada Ramadhan sebelumnya. Apa yang sudah kita usahakan pada Ramadhan sebelumnya, apakah sesuai dengan apa yang kita harapkan. Atau mau sebaliknya belum sama sekali.

Boleh-boleh saja ketika seseorang memberikan target yang tinggi atas dirinya sendiri. Yang perlu diingat adalah target yang ingin dicapai disesuaian dengan ukuran kemampuan yang dimiliki. Akan sangat kurang tepat, kita yang masih tergolong awam dan masih jauh di bawah tingkatan keimanannya, mencanangkan target yang begitu tinggi bahkan terlampau tinggi, yang justru malah memperberat diri sendiri ketika melaksanakannya.

Ketika dalam pelaksanaannya begitu berat, sehingga mengganggu aktifitas yang lain, dan selepas Ramadhan pun tidak ada peningkatan yang berarti, dalam arti tidak kelanjutan konsistensi dalam melaksanakan apa yang ditargetkan tersebut.

Kita ambil contoh, seseorang yang ngotot ingin mengkhatamkan Al Quran tiga kali dalam sebulan, padahal dia hanya mampu mengkhatamkan satu kali. Dan dia tahu itu tapi dia memaksakan dirinya. Tidaklah satu hal yang keliru ketika menghendaki yang lebih baik, tapi perlu sadar akan ukuran kemampuan diri. Begitu ngotot dan memaksakan dan bahkan sampai memperberat diri tidaklah sesuatu baik. Semua akan menjadi lebih baik ketika pas dan sesuai. Tidak berlebihan dan tidak kurang.  

Oke kita bisa sepakati bahwa target mengkhatamkan Al Quran sebanyak tiga kali bisa dilakukan selama Ramadhan, lalu pertanyaannya setelah Ramadhan usai bagaimana? Apakah masih bisa dijaga keistiqomahannya dalam membaca Al Quran?

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menempa diri, memperbaiki diri, meningkatkan kualitas batin seseorang, yang mana pada harapannya apa yang sudah diusahakan dan didapat selama Ramadhan dapat terus berlanjut setelah usai Ramadhan sekalipun. Bahkan dapat diistiqomahkan hingga menjelang Ramadhan tahun berikutnya. Nah di tahun berikutnya akan sangat logis ketika menuntut diri sendiri untuk lebih tinggi dalam pencapaiannya. Karena sebelumnya target yang dicanangkan sudah tercapai dan dapat dipertahankan dan sudah semestinya ditingkatkan, hingga waktu selanjutnya.

Namun akan lain cerita manakala target Ramadhan yang sebelumnya tidak tercapai, dan mencoba menaikkan target di Ramadhan tahun ini. Tentu bila diperkirakan hasilnya akan sama saja tidak akan mencapai target. Karena di waktu sebelumnya yang targetnya lebih rendah saja tidak tercapai, apalagi sekarang yang lebih tinggi, Logika sederhananya seperti itu.

Kalau pun memang tercapai, apakah hasil dari pencapaian target itu mempunyai dampak pada kualitas diri? Apakah semua aktivitas yang dilakukan selama Ramadhan guna mencapai target masih dilakukan setelah Ramadhan berakhir? Bila memang belum perlu introspeksi diri kembali sebelum mencanangkan target selanjutnya. 

Credit Image : Unsplash
Credit Image : Unsplash
Bukan bermaksud menghalangi dan mencegah untuk lebih baik lagi selama Ramadhan. Tidak sama sekali. Hanya saja dalam rangka untuk mengembalikan kesadaran bahwa target Ramadhan bukan hanya untuk satu bulan saja, melainkan dapat terus dijaga dan diistiqomahkan hingga waktu yang tidak pernah diketahui.

Sebenarnya bukanlah suatu persoalan yang perlu disesali ketika target Ramadhan kita pada tahun sebelumnya biasa saja. Sebagai contoh membaca Al Quran satu halaman per hari. Tentu target yang demikian tidaklah berat, karena membaca Al Quran sebanyak satu halaman tidaklah memakan waktu yang lama. Namun bukan di berapa banyak yang bisa dilakukan, melainkan bagaimana yang baik itu bisa dipertahankan hingga seterusnya bahkan ditingkatkan walau itu hanya sedikit. Bukankah Allah lebih menyukai amal yang walau sedikit tapi konsisten? Daripada yang langsung banyak tapi tidak dapat dipertahankan.

Akhir Ramadhan bukanlah akhir dari segala usaha kita untuk mencapai apa yang kita canangkan. Ramadhan adalah arena latihan balap untuk berpacu menjadi lebih baik bukan menjadi yang terbaik. Ramadhan bukan perlombaaan antara satu orang dengan orang lain. Ramadhana adalah ajang untuk menaklukkan diri sendiri, agar menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya.

Dan arena balap yang sesungguhnya adalah selepas Ramadhan. Setelah usai melaksanakan puasa penuh tiga puluh hari, kita semua merayakan hari kemenangan. Hari Idul Fitri. Hari dimana yang seperti kita dengar bahwa setiap orang merasa sudah kembali putih, setelah selama satu bulan 'dicuci' bersih. Oleh karenanya akrab di telinga beberapa tagline tentang Idul Fitri, antara lain hari kemenangan, hari kembali kepada kesucian atau saatnya kembali kepada fitrah. Walau yang benar Hari Idul Fitri secara tata Bahasa Arab adalah Hari Raya Makanan, bukan hari kembali ke kesucian seperti yang selama ini kita tahu. Namun, bukan itu yang dibahas sekarang. Itu akan kita bahas di lain kesempatan.

Dalam hal ini Idul Fitri sebagai simbol kemenangan atas penempaan diri yang dilakuka selama bulan Ramadhan. Seperti seorang mahasiswa yang sudah empat tahun menempuh kuliah dan dikatakan lulus dan berakhir sebagai seorang mahasiswa ketika momentum wisuda. Wisuda adalah simbol berakhirnya masa studi. Dengan kata lain adalah akhir penempaan diri dalam mencari ilmu. Dan wisuda bukanlah akhir, karena setelah wisuda itulah arena sebenarnya. Seperti Idul Fitri. Idu fitri bukanlah akhir dari Ramadhan yang menandakan bahwa usaha dalam pencapaian target telah berakhir. Bukan sama sekali.   

Idul Fitri adalah garis start dalam arena yang tidak tahu di mana garis finish-nya. Apa yang diupayakan selama Ramadhan akan menjadi modal berharga dalam mengarungi lintasan kehidupan yang 'baru'. Oleh karena itu mengapa sangat ditekankan konsistensi dalam melakukan hal-hal yang baik, serta menjauhi hal-hal yang buruk yang sebelum Ramadhan belum pernah dilakukan. Bila pun pernah, tidak bisa istiqomah. Inilah tujuan utamanya. Menjadikan seseorang lebih baik secara konsisten dari sebelumnya.

Tak masalah bila target kita terlihat sepele dan mudah. Sejauh bisa dipertahankan, diistiqomahkan itu lebih baik daripada target yang terlalu muluk, tapi hanya sementara. Happy Ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun