Mohon tunggu...
Muhamad Arif
Muhamad Arif Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

menyukai games

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konflik dan Integrasi Sosial antara Suku Dayak dan Madura

10 September 2023   15:17 Diperbarui: 10 September 2023   15:22 1088
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konflik dan Integrasi Sosial Antara Etnik Dayak Dengan Etnik Madura Serta Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya

pada 2010 yang menyebut ada 1.128 suku di Indonesia yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Keberagaman ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan budaya paling kaya. Di sisi lain, keberagaman juga dapat memicu konflik bila tak dijembatani dengan baik. Etnik ini bermula dari konflik antara kelompok etnis Dayak dan Madura yang terjadi di Sampit, Kalimantan Tengah. Tradegi ini disebut tragedi sampit yang bermula pada 18 Febuari 2001 saat empat keluarga Madura tewas dibunuh. Diperkirakan korban jiwa mencapai angka 469 orang dalam konflik yang berlangsung selama 10 hari ini. Pola edukasi yang dilakukan oleh pemerintah atau suku Dayak dan Madura dalam menjaga keharmonisannya. Perdamaian hingga proses iktikad baik dan semangat dari masing-masing pihak, baik masyarakat suku Dayak dan suku Madura untuk komitmen menjalinkan kerjasama, dan keutuhan sebagai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasca konflik ini masyrakat suku Dayak dan suku Madura lebih bisa menghargai, memahami dan bisa menerima nilai budaya masyrakat suku Daya maupun suku Madura diantaranya perilaku, adat kebiasaan, pola pikir, hingga struktur kelembagaan. Pengertian konflik menurut Webster yaitu "konflik berarti persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of intersest)". Konflik bisa muncul pada skala yang berbeda konflik antar-orang (inter-personal conflict), konflik antar kelompok (inter-group conflict), konflik antara kelompok dan negara (vertical conflict). Konflik Sampit adalah salah satu konflik tersebut mengenai etnis memang terjadi di Indonesia, namun tentu saja konflik ini  tidak bisa dianggap hanya konflik antara suku Dayak dan Madura. Dampak akibat adanya perang Sampit ini berimbas ke segala sektor baik dari ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Banyak ruko dan pasar serta kios yang terpaksa tutup pada saat kerusuhan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menghindari penjarahan dan tindakan serupa lainnya. Rusaknya hubungan baik itu individu ataupun kelompok juga turut mempengaruhi akibat adanya perang Sampit ini. Bahkan banyak sekali warga yang kehilangan rumah, mata pencaharian yang nantinya timbullah suatu kesenjangan sosial di daerah Sampit. Ada beberapa cerita yang menjelaskan  kerusuhan tahun 2001. Salah satu versi menyatakan bahwa penyebabnya adalah pembakaran sebuah rumah di suku Dayak. Kabarnya kebakaran ini dipicu oleh warga Madura dan kemudian sekelompok  suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di pemukiman Madura. Ada beberapa cerita yang menjelaskan  kerusuhan tahun 2001. Salah satu versi menyatakan bahwa penyebabnya adalah pembakaran sebuah rumah di suku Dayak. Kabarnya kebakaran ini dipicu oleh warga Madura dan kemudian sekelompok  suku Dayak mulai membakar rumah-rumah di pemukiman Madura. Banyak metode berbeda telah digunakan.

Pemerintah untuk menyelesaikan konflik tersebut, namun sayangnya cara-cara tersebut belum menyelesaikan konflik seperti  mempertemukan  perwakilan kedua kubu dari suku Dayak dan  Madura, namun dengan cara tertentu gagal karena ada pihak suku Dayak atau suku Madura yang menghasut masyarakat untuk melakukannya. Anggota suku dan tetua suku saling serang. Dengan belajar dari hal ini, pemerintah berhasil mengurangi konflik, yaitu mengevakuasi warga, terus meningkatkan keamanan, menjamin rehabilitasi kejiwaan dan penangkapan provokator adalah sumber konflik. Rehabilitasi mental harus dilakukan karena dampaknya Perang Sampit mungkin membawa trauma yang mendalam bagi kedua suku tersebut, khususnya bagi masyarakat suku tersebut. Warga Madura mempunyai kerabat korban pemenggalan yang berasal dari suku Dayak. Ngayau, tradisi pengayauan melibatkan pemenggalan kepala musuh dan menjadikannya sebagai piala. Maupun itu tradisi ini adalah suatu kebanggan bagi suku Dayak memenggal kepala musuh dan membawa keliling kepala musuh yang tersebut. Perang Sampit yang terjadi antara suku Dayak dan suku Madura secara umum dapat dianggap sebagai konflik. berasal dari suku, namun jika dianalisa  lebih lanjut, konflik tersebut disebabkan oleh kurangnya  komunikasi hubungan antara suku Dayak dan Madura, serta peran penegak hukum di wilayah Sampit  kurang fleksibel terhadap Mengusut Pembunuhan Etnis Dayak yang Dibunuh di Tempat Hiburan Malam, Hal Ini yang Bikin Suku Dayak marah dan menuduh suku Madura sebagai penyebab semua ini. Konflik telah mencapai puncaknya pada tanggal 20 Februari yang mana korban demi korban berasal dari suku Dayak dan Madura, namun tetap saja Suku Dayak percaya bahwa mereka mendapatkan keuntungan dengan menjadi tuan rumah dan menghitung korban, Suku Madura menjadi korban paling banyak. Adanya konflik ini mempunyai dampak yang sangat berbahaya dua suku. Banyak orang kehilangan rumah, keluarga, dan mata pencaharian. Bau Kesedihan bercampur  amarah menyebabkan penduduknya pasrah dan menerima akan terjadinya Perang Sampit. Di dalam Pasca Perang Sampit, pemerintah mengambil tindakan sendiri untuk menerapkan metode evakuasi warga, terus meningkatkan keamanan, melakukan rehabilitasi kejiwaan dan menangkap mereka yang memprovokasi konflik. Hasilnya adalah metode ini menyelesaikan perang yang telah berlangsung selama setahun terakhir, meninggalkan suku tersebut dalam kesedihan dan kesedihan yang mendalam Dayak dan Madura.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun