Mohon tunggu...
Arif Minardi
Arif Minardi Mohon Tunggu... Insinyur - Aktivis Serikat Pekerja, Ketua Umum FSP LEM SPSI, Sekjen KSPSI, Anggota LKS Tripartit Nasional

Berdoa dan Berjuang Bersama Kaum Buruh

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bekal Ilmu dan Kesiapan Gen Z Menghadapi Pabrik Cerdas

4 September 2024   06:30 Diperbarui: 4 September 2024   18:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan  Arif Minardi

Angkatan kerja khususnya dari generasi Z dan Milenial perlu menelaah kedepan (outlook) seperti apa dunia industri pada masa yang akan datang sehingga bisa mendapatkan pemahaman (insight) yang baik. Kemudian persiapan seperti apa yang harus dimiliki oleh Gen Z untuk menghadapinya.

Untuk mempersiapkan Gen Z menghadapi ekosistem dan teknologi pabrik cerdas dibutuhkan kurikulum dan pelatihan kerja yang kontennya berisi tentang ilmu pengetahuan terkait teknologi pendukung industri 4.0. Pelatihan tersebut bisa dilakukan lebih efektif dengan teknologi simulator untuk berbagai jenis pekerjaan yang diterapkan di pabrik cerdas.

Planet Bumi mulai memasuki tahapan yang disebut era Industri 4.0. Era ini adalah tren automasi industri dan pertukaran data dalam teknologi manufaktur yang mana didalamnya termasuk teknologi cloud computing, cyber-physical system dan Internet of Things (IoT). Keniscayaan kurikulum pendidikan di Indonesia mesti memberi bekal dan kesiapan untuk menghadapi era tersebut.

Kawasan industri atau pabrik bertransformasi menjadi smart factory atau pabrik cerdas. Sebagian orang membandingkan Industri 4.0 dengan Revolusi Industri Generasi Keempat (Fourth Industrial Revolution). Revolusi Industri Generasi Keempat sendiri merupakan transformasi sistemik yang lebih luas cakupannya daripada Industri 4.0, yang mana didalamnya mencakup dampak terhadap masyarakat, struktur pemerintahan dan peranan manusia itu sendiri dalam struktur ekonomi dan manufaktur. Jadi, bisa disimpulkan Industri 4.0 adalah subset dari Revolusi Industri Generasi Keempat.

World Economic Forum memperkirakan sedikitnya 35 persen keahlian yang dianggap penting saat ini kelak akan berubah total. Pada prinsipnya Industri 4.0 merupakan integrasi dari 9 teknologi yang tengah berkembang pesat pada saat ini.

Kesembilan teknologi tersebut menjadi pendukung utama terbentuknya sistem Industri 4.0, yakni:

1. Teknologi Internet of Things (IoT)

Dengan teknologi ini semakin banyak jenis sensor dan mesin yang mampu terkoneksi dengan jaringan internet.

Dalam dunia manufacturing menambahkan teknologi Radio frequency Identification (RFID) dalam mesin produksi sehingga ribuan bahkan jutaan komponen yang akan dirakit bisa saling "berkomunikasi" satu dengan yang lainnya untuk memudahkan dan mempercepat proses produksi.

2. Teknologi Cyber Security (sistem keamanan dunia maya)

Dengan meningkatnya konektivitas dan penggunaan protokol komunikasi standar yang akan berlaku dalam kerangka kerja Industri 4.0, maka dibutuhkan perlindungan sistem dan proses manufakturing. Standar komunikasi data harus aman dari usaha peretasan dan modus fraud.

3. Teknologi Cloud Computing (komputasi awan)

Merupakan teknologi IT berbasis internet yang menyediakan sumber daya pemrosesan komputer atau perangkat lain sesuai permintaan.

Teknologi cloud memberi layanan bagi perusahaan untuk menyimpan dan mengolah data yang tak terbatas. Industri 4.0 memerlukan lalu-lintas data dan informasi yang besar, aman dan handal.

4. Teknologi Additive Manufacturing

Merupakan proses yang digunakan untuk membangun sebuah objek tiga dimensi secara berlapis. Semua model geometri yang rumit dan kompleks bisa dibuat dengan teknologi ini,sejauh model datanya dapat dibentuk dengan menggunakan software desain 3 Dimensi.

5. Teknologi Augmented Reality

Merupakan teknologi yang menggabungkan citra bentukan komputer dengan dunia nyata di sekitarnya. Dengan bantuan alat pandang yang dipasang di mata seperti virtual Google. Mekanisme gerak kinematika dalam permesinan atau proses pembakaran bisa dilihat seperti apa mekanisme dan kinerjanya.

6. Teknologi Big Data

Ini adalah teknologi yang berkaitan dengan proses analisa terhadap sejumlah data yang kapasitasnya sangat besar. Kemampuan mengolah big data bisa mengoptimalkan proses produksi dan meningkatkan layanan peralatan,material, dan pengambilan keputusan secara real-time.

7. Teknologi Autonomous Robots

Teknologi robotika semakin berkembang dan semakin meningkat utilitasnya. Sistem robot menjadi lebih otonom, fleksibel dan mampu bekerja sama.

8. Teknologi Simulation

Teknologi ini dalam teknik produksi dimaksudkan untuk menirukan berbagai macam sifat dan parameter sebuah produk atau proses kedalam layar komputer untuk mengevaluasi kinerja dan keunggulannya.

9. Teknologi Integrasi Sistem atau Platform

Yang dimaksud dengan integrasi disini adalah integrasi sistem IT pada perusahaan manufaktur. Contoh dari integrasi sistem tersebut adalah penerapan integrasi pada Aircraft industries di Eropa yang dipelopori oleh Dassault Systemes dengan platform AirDesign yang mengatur pertukaran data produk dan produksi yang sangat kompleks diantara mitra kerja.

Pabrik Cerdas 

Implementasi Industri 4.0 di Eropa khususnya negara-negara Eropa Barat dimana Jerman sebagai promotor konsep Industri 4.0, sudah mulai menyusun langkah strategis untuk mewujudkan konsep Industri 4.0.

Ribuan perusahaan telah mendukung program ini, dengan investasi awal sekitar 140 miliar Euro. Beberapa industri yang menjadi sasaran implementasi Industri 4.0 ini adalah industri manufaktur dan teknik, industri otomotif, industri proses, industri elektronika, dan sistem elektrik serta industri informasi dan komunikasi. Target investasi pada berbagai sasaran industri tersebut diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi.

Ekosistem Industri 4.0 ditandai dengan adanya pabrik cerdas. Di dalam pabrik cerdas terstruktur modular, sistem siber-fisik mengawasi proses fisik, menciptakan salinan dunia fisik secara virtual, dan membuat keputusan yang tidak terpusat. Lewat Internet untuk segala (IoT), sistem siber-fisik berkomunikasi dan bekerja sama dengan satu sama lain dan manusia secara bersamaan.

Ada empat prinsip rancangan dalam Industri 4.0. Prinsip-prinsip ini membantu perusahaan mengidentifikasi dan mengimplementasikan skenario-skenario Industri 4.0.

1.Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).

2.Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.

3.Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.

3.Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin.

Dengan menggunakan rujukan World Economic Forum, judulnya :"The Next Economic Growth Engine Scaling Fourth Industrial Revolution Technologies in Production" Kita bisa menerawang seperti apa Industri Manufaktur mendatang. Pabrik Cerdas memiliki pengetahuan yang rinci terkait bagaimana mereka diproduksi dan bagaimana mereka akan digunakan yang tentu dapat mendukung proses manufaktur secara efisien.

Sepahit apapun dampak Revolusi Industri 4.0, tetap ada hikmah dan peluang yang bisa dipetik. Dalam sejarah, revolusi memang sering memakan anak kandungnya sendiri. Pekerja industri dan pahlawan produktivitas yang selama ini berjasa bisa jadi akan tereliminasi.

Seperti apa dahsyatnya badai yang melintas, organisasi buruh harus mulai memikirkan suatu bentuk mitigasi ketenagakerjaan akibat dampak era Industri 4.0.

Dalam revolusi tersebut masih ada aspek baiknya bagi kaum pekerja. Kehadiran revolusi industri keempat tidak sepenuhnya berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Apapun bentuk sensor, jenis robot dan sistem integrasinya dalam proses produksi, semua masih membutuhkan peran manusia yang berpredikat sebagai buruh.

Dalam era Industri 4.0 sekitar tahun 2027 sebagian besar tenaga kerja akan menjadi pekerja bebas (freelance). Kita bisa menyimak strategi organisasi serikat pekerja di Jerman menghadapi era Industri 4.0. Yakni dari IG Metal Jerman yang menyatakan bahwa industri 4.0 telah menjadikan proses produksi menuntut adanya smart factory dan smart products. Seperti diketahui, IG Metal merupakan serikat pekerja di Jerman yang menaungi beberapa sektor pekerjaan antara lain pekerja elektronik, logam, dan otomotif.

Hal tersebut melahirkan dua masalah baru yang dihadapi oleh tenaga kerja, yakni tuntutan keterampilan lebih dan soal jaminan sosial dan kecocokan model kerja dengan hukum yang berlaku. Pihak serikat pekerja menyiapkan sejumlah langkah. Salah satunya dengan menyiapkan regulasi di tingkat regional. Selain itu, pihak serikat pekerja juga mendesak segera ditandatanganinya kesepakatan antara pekerja dan manajemen terkait implementasi Industri 4.0.

Hampir semua organisasi pekerja di Jerman dan Eropa menyatakan bahwa Industri 4.0 menimbulkan lebih banyak hubungan kerja freelance dan alih daya. Menurut organisasi itu kondisi itu disebabkan karena adanya tren digitalisasi yang membuat pekerjaan bisa dilakukan melalui platform online.

Menghadapi revolusi industri 4.0 perlu langkah strategis. Pertama mendorong keterampilan tenaga kerja Indonesia terkait 9 jenis teknologi pendukung, utamanya dalam mengintegrasikan lini produksi di industri manufaktur. Perlu menata dan memperluas portofolio kompetensi ketenagakerjaan di Indonesia. Hal itu juga sebagai solusi untuk mengatasi pertumbuhan angkatan kerja. (AM) ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun