1.Interoperabilitas (kesesuaian): Kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan manusia untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan satu sama lain lewat Internet untuk segala (IoT) atau Internet untuk khalayak (IoP).
2.Transparansi informasi: Kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan dunia fisik secara virtual dengan memperkaya model pabrik digital dengan data sensor. Prinsip ini membutuhkan pengumpulan data sensor mentah agar menghasilkan informasi konteks bernilai tinggi.
3.Bantuan teknis: Pertama, kemampuan sistem bantuan untuk membantu manusia dengan mengumpulkan dan membuat visualisasi informasi secara menyeluruh agar bisa membuat keputusan bijak dan menyelesaikan masalah genting yang mendadak. Kedua, kemampuan sistem siber-fisik untuk membantu manusia secara fisik dengan melakukan serangkaian tugas yang tidak menyenangkan, terlalu berat, atau tidak aman bagi manusia.
3.Keputusan mandiri: Kemampuan sistem siber-fisik untuk membuat keputusan sendiri dan melakukan tugas semandiri mungkin.
Dengan menggunakan rujukan World Economic Forum, judulnya :"The Next Economic Growth Engine Scaling Fourth Industrial Revolution Technologies in Production" Kita bisa menerawang seperti apa Industri Manufaktur mendatang. Pabrik Cerdas memiliki pengetahuan yang rinci terkait bagaimana mereka diproduksi dan bagaimana mereka akan digunakan yang tentu dapat mendukung proses manufaktur secara efisien.
Sepahit apapun dampak Revolusi Industri 4.0, tetap ada hikmah dan peluang yang bisa dipetik. Dalam sejarah, revolusi memang sering memakan anak kandungnya sendiri. Pekerja industri dan pahlawan produktivitas yang selama ini berjasa bisa jadi akan tereliminasi.
Seperti apa dahsyatnya badai yang melintas, organisasi buruh harus mulai memikirkan suatu bentuk mitigasi ketenagakerjaan akibat dampak era Industri 4.0.
Dalam revolusi tersebut masih ada aspek baiknya bagi kaum pekerja. Kehadiran revolusi industri keempat tidak sepenuhnya berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan sebelumnya. Apapun bentuk sensor, jenis robot dan sistem integrasinya dalam proses produksi, semua masih membutuhkan peran manusia yang berpredikat sebagai buruh.
Dalam era Industri 4.0 sekitar tahun 2027 sebagian besar tenaga kerja akan menjadi pekerja bebas (freelance). Kita bisa menyimak strategi organisasi serikat pekerja di Jerman menghadapi era Industri 4.0. Yakni dari IG Metal Jerman yang menyatakan bahwa industri 4.0 telah menjadikan proses produksi menuntut adanya smart factory dan smart products. Seperti diketahui, IG Metal merupakan serikat pekerja di Jerman yang menaungi beberapa sektor pekerjaan antara lain pekerja elektronik, logam, dan otomotif.
Hal tersebut melahirkan dua masalah baru yang dihadapi oleh tenaga kerja, yakni tuntutan keterampilan lebih dan soal jaminan sosial dan kecocokan model kerja dengan hukum yang berlaku. Pihak serikat pekerja menyiapkan sejumlah langkah. Salah satunya dengan menyiapkan regulasi di tingkat regional. Selain itu, pihak serikat pekerja juga mendesak segera ditandatanganinya kesepakatan antara pekerja dan manajemen terkait implementasi Industri 4.0.
Hampir semua organisasi pekerja di Jerman dan Eropa menyatakan bahwa Industri 4.0 menimbulkan lebih banyak hubungan kerja freelance dan alih daya. Menurut organisasi itu kondisi itu disebabkan karena adanya tren digitalisasi yang membuat pekerjaan bisa dilakukan melalui platform online.