Mohon tunggu...
Arif Minardi
Arif Minardi Mohon Tunggu... Insinyur - Aktivis Serikat Pekerja, Ketua Umum FSP LEM SPSI, Sekjen KSPSI, Anggota LKS Tripartit Nasional

Berdoa dan Berjuang Bersama Kaum Buruh

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Perjuangan Berat Pekerja Gen Z Hadapi Inovasi Disruptif

2 September 2024   15:47 Diperbarui: 2 September 2024   15:53 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi smart manufactur Industri 4.0 (Freepik/aleksandarlittlewolf via Kompas.com)

Tidak dapat dimungkiri bahwa revolusi industri 4.0 bisa menjadi ancaman pengangguran massal di Indonesia masa depan. Karena struktur ketenagakerjaan hingga saat ini masih didominasi oleh pekerja dengan latar belakang lulusan SD dan SMP.

Keharusan bagi bangsa Indonesia untuk mencetak sekitar 113 juta tenaga kerja terampil dan ahli supaya bisa menghadapi era Industri 4.0 dengan baik. Supaya tekad untuk menjadi pusat perekonomian ketujuh di dunia pada 2030 bisa terwujud. Seperti skenario yang dibuat oleh Mckinsey Global Institute (MGI) terhadap Indonesia.

Melihat postur ketenagakerjaan Indonesia sangatlah menyedihkan. Postur tersebut 60 persen di antaranya adalah tenaga kerja berpendidikan rendah setingkat SD dan SMP. Ironisnya, lulusan perguruan tinggi sebagian besar juga mengalami mismatch dan underqualified worker, sehingga kualitas kompetensi menjadi di bawah standar yang dibutuhkan dunia industri.

Dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut, pejabat pemerintah jangan latah dan hantam kromo mengikuti tren dunia begitu saja, tanpa mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya. Tak perlu menghibur diri, Revolusi Industri 4.0 pasti menyebabkan guncangan ketenagakerjaan dan pada akhirnya menyebabkan ketimpangan ekonomi makin besar.

Menurut International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) ketimpangan ekonomi antar penduduk dunia pada saat ini tercatat sebagai yang terbesar sepanjang sejarah. Hanya segelintir orang memiliki kekayaan setara dengan separuh penduduk dunia.

Kondisi serupa terjadi di Indonesia. Selama lima tahun terakhir, 50 persen penduduk Indonesia kekayaannya turus turun, dari 3,8 persen dari total kekayaan nasional menjadi 2,8 persen. Sementara itu, 1 persen penduduk terkaya memiliki 45 persen dari total kekayaan nasional.

Masih rendahnya kapasitas nasional yang digarap dengan proses nilai tambah yang layak. Kapasitas nasional tergambar dalam kemampuan industri nasional.Terjadi penurunan kemampuan industri nasional menyeimbangkan neraca nilai impor ekspor secara signifikan. Secara makro ketidak seimbangan ini disebabkan oleh masalah efisiensi dan masalah produktivitas.

Buruh sebaiknya memahami hakikat disruptif atau dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai "mengganggu". Clayton Christensen telah menggagas tentang konsep Disruptive Innovation sejak 1995. Namun, ketika teknologi digital mengalami kemajuan pesat sejak era internet dan smartphone, disruption terjadi secara masif dalam seluruh segi kehidupan.

Kini hampir semua lini kehidupan tersentuh oleh disruption, sehingga semakin banyak yang kuatir. Perlu sikap mental yang tahan banting untuk mengatasi era disruptif. Disruption juga membawa distraction pada pikiran kita. Terlalu banyak hal baru yang mengancam membuat kita bingung mulai dari mana cara mengatasinya. Perlu memilah mana aspek yang harus difokuskan terlebih dahulu, apa saja yang harus diprioritaskan, mana yang kita akan ditangani secara serius, apa saja tahapan dan langkah untuk menanganinya, dan seterusnya.

Disruption juga menjadi tantangan yang menarik, karena otak kita mampu untuk tetap fokus pada peluang. Peluang untuk mencetak prestasi baru di area yang lebih luas.

Menghadapi era disruptif kaum buruh harus membangun growth mindset, yaitu paradigma yang berfokus pada perkembangan kemajuan (progress) bukan semata-mata hasil kinerja (result). Era disruptif ini kita tidak mungkin lagi melakukan business as usual. Karena itu pengukuran kinerja berlandaskan cara kerja lama tidak mungkin dipertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun