Dalam domain psikososial, alam kehidupan para birokrat di negeri ini ada dua perilaku yang kontras, yakni mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Banyak pihak yang setuju bahwa birokrat di Indonesia kebanyakan belum mencintai pekerjaanya setulus hati alias memiliki integritas yang masih rendah.
Patut direnungkan teori M.A.W Brouwer penulis buku “Indonesia Negara Pegawai”. Yang intinya menyatakan bahwa sebagian besar pegawai, terutama pegawai negeri alias ASN yang bersikap pemalas, kurang kreatif, konsumtif, dan cenderung berbuat pungli dan korupsi.
Untuk menghadapi liberalisasi ekonomi dan disrupsi teknologi semua bangsa dituntut harus menggenjot produktivitas yang pada gilirannya bisa berdampak positif terhadap perekonomian nasional. Namun, hal itu terkendala oleh berbagai masalah dan birokrasi.
Pengertian produktivitas adalah tingkat kemampuan tenaga kerja atau birokrasi dalam menghasilkan produk dan jasa. Masalah rendahnya produktivitas selain disebabkan oleh etos kerja juga akibat buruknya career resilience.Pada prinsipnya career resilience bisa diartikan sebagai pengembangan karir pegawai atau pekerja beserta portofolio kompetensinya.
Pengembangan karir dan kompetensi di lingkungan ASN dan pekerja industri saat ini dirasakan semakin stagnan. Definisi karir adalah rangkaian dan kumpulan dari pengalaman yang berhubungan dengan kerja serta aktivitas yang dipengaruhi oleh sikap-sikap serta perilaku individu dalam organisasi pemerintahan atau korporasi. Sebagian besar ASN dan pekerja belum memiliki career path atau alur karir yang ideal.
Pada awal kekuasaannya, Presiden Jokowi telah mencanangkan program nasional revolusi mental untuk mengubah mentalitas ASN. Secara makro program itu untuk mengembangkan kepribadian ASN dan elemen masyarakat lainnya. Namun gerakan revolusi mental kini tak terdengar lagi dan semakin surut. Hasilnya kurang menggembirakan.
Pengembangan kepribadian ASN sebenarnya bisa meneguhkan kepribadian nasional. Hal itu tercermin dari negara-negara yang memiliki indeks pelayanan birokrasi yang baik. Seperti di Singapura, Korea Selatan dan Tiongkok. Kepribadian birokrasi di negara-negara tersebut mampu melayani publik secara paripurna dan bisa mengikuti kemajuan teknologi. Buah dari keberhasilan pengembangan kepribadian birokrasi adalah meneguhkan kepribadian nasional yang berimplikasi membaiknya produktivitas nasional dan terwujudnya ketertiban umum.
Dalam domain sosiologi, kepribadian nasional adalah karakteristik yang dimiliki suatu bangsa sebagai perwujudan dari cita-cita, pengalaman sejarah dan budayanya. Nilai-nilai filosofis untuk membangun karakter bangsa dan kepribadian nasional sangat dibutuhkan dalam era saat ini yang ditandai dengan adanya Revolusi Industri 4.0 seantero jagat.
Di Indonesia istilah kepribadian nasional di masa lalu sering dikemukakan oleh Presiden pertama RI Soekarno dalam manifesto politiknya yang disingkat USDEK, yakni (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin. Yang semua itu disenyawakan oleh Presiden RI pertama menjadi tema besar Kepribadian Nasional.
Mestinya revolusi mental bagi ASN di Indonesia tidak boleh dilakukan setengah hati. Dalam upaya pengembangan revolusi mental, pemerintah harus tegas dan tidak segan-segan melakukan sistem pemutusan hubungan kerja atau PHK terhadap ASN yang kepribadiannya sudah tidak bisa dikembangkan lagi. Hal itu dalam rangka mewujudkan postur birokrasi yang efektif dan bersih dari korupsi. Karena hingga saat ini masih banyak ASN yang berkinerja buruk tetapi masih menikmati gaji dan remunerasi.
*) Ketum Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronika dan Mesin SPSI ( FSP LEM SPSI )