Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menulis Lagi, Lagi-Lagi Menulis

17 November 2024   23:20 Diperbarui: 17 November 2024   23:37 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saya tidak tahu dan tidak akan membandingkan, mana yang lebih berat antara memulai kembali kebiasaan yang telah lama berhenti, atau memulai kebiasaan yang benar-benar dari awal. Yang saya tahu dan selalu sadari, memulai segala sesuatu adalah salah satu yang paling berat. Kecuali memulai sesuatu yang memang sudah ada jalannya. Tapi mungkin itu tidak bisa disebut dengan murni memulai.

Saya telah berhenti menulis cukup lama. Saya tegaskan, berhenti menulis. Bukan menulis yang bagus. Artinya, hanya sekadar menulis pun sudah lama saya tinggalkan. Karena satu dan beberapa hal, atau lebih tepatnya terlalu nyaman dengan progress-progress kecil dalam dunia game. Ternyata progress-progress  yang nyata dalam dunia game (walaupun itu tidak nyata) bisa membuat sekecanduan itu. Semoga kita semua terhindar dari kecanduan akan kesenangan menyelesaikan progress-progres kecil tapi sebenarnya tidak nyata manfaatnya.

Kembali ke aktivitas menulis, menulis adalah aktivitas yang kaya manfaat. Baik secara fisik, kognitif, maupun psikologis. Tapi sayangnya aktivitas beragam manfaat tersebut justru yang saya tinggalkan. Dalam contoh yang lebih konkret, saya menjadi lebih susah berkomunikasi verbal ketika saya pada akhirnya berhenti menulis. Menulis apa saja. Bahkan hanya menulis beberapa kalimat untuk caption media sosial saya.

Yang saya maksud susah berkomunikasi di sini adalah susah menggunakan kalimat yang efektif. Menjadi lebih susah dalam mengingat beberapa diksi yang tepat untuk percakapan yang bersifat semi formal, apalagi formal. Dan satu hal yang lebiih parah, terkadang saya menjadi merasa lebih susah dalam berlogika. Entah hanya sekadar asumsi atau sugesti, tetapi perasaan soal susahnya berkomunikasi, seperti sangat nyata.

Mungkin memang benar adanya. Komunikasi adalah keterampilan. Dan seperti hampir semua keterampilan, kebiasaan dan pembiasaan adalah kunci keberhasilan. Dalam hal ini, keberhasilan yang saya maksud adalah dalam scope yang paling sempit. Hanya sekadar berkomunikasi dengan baik dan bisa dipahami orang tanpa ambigu.

Dan satu hal lain yang baru saya sadari, terdapat hubungan yang erat antara komunikasi tulis dangan komunikasi lisan. Saya bukan penulis yang baik. Maksud saya, saya bukan orang yang bisa menulis dan menghasilkan tulisan yang baik. Tetapi, saya sadar bahkan bahasa tulis saya yang tidak baik tersebut masih lebih baik daripada bahasa lisan saya. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kacaunya bahasa lisan saya.

Karena manfaat menulis tersebut serta kesadaran kembali bahwa menulis juga merupakan hal yang memberikan kesenangan untuk saya, maka jadilah ini tulisan singkat sebagai langkah awal saya akan kembali aktif menulis.

Inilah tulisan saya. Tulisan yang yang saya persembahkan sepenuhnya untuk diri saya sendiri.

Selamat dan semoga bisa kembali untuk konsisten.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun