Mohon tunggu...
Arif Meftah Hidayat
Arif Meftah Hidayat Mohon Tunggu... Freelancer - Buruh Pabrik

Dengan atau tanpa saya menulis, dunia juga tidak akan berubah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belum Rezeki Timnas U-16 Indonesia ke Piala Dunia

2 Oktober 2018   17:15 Diperbarui: 2 Oktober 2018   17:49 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika akhirnya timnas U-16 gagal berpartisipasi pada piala Dunia U-17 di Peru 2019 nanti, rasanya seperti biasa saja.   Bukan nihil rasa kecewa. Kecewa itu ada, tetapi pada kadar yang serendahnya. Serendahnya hingga yang terasa hanya biasa saja.

Harapan, sudah pastilah aku dan mungkin kita semua punya. Tetapi karena kita dituntut untuk adil bahkan sejak dalam pikiran, maka harapan itu kuplotkan dengan kenyataan yang ada. Dalam bahasa yang sederhana, berharap serasionalnya. Harapan ada sebatas

"Semoga menjadi kontestan piala dunia adalah rejeki kita semua"

Memang hanya sebatas itu. Makanya ketika gagalpun rasanya hanya, "ah, memang belum rejekinya"

Asia bahkan dunia tentu berbeda levelnya dengan Kawasan Asia Tenggara. Gegap gempita pasca menjuarai Piala AFF U-16 tak selayaknya membuat kita semua menuntut mereka untuk lolos ke piala dunia U-17. Garuda Asia yang kita klaim kan kepada Timnas U-16 tentu berbeda dengan Macan-Macan Asia semacam Jepang, Korea Selatan, Australia yang memang sudah nyata buktinya.

Dan benar, Timnas kita kalah 2-3 dari Australia di babak perempat final yang juga berarti meloloskan mereka ke semifinal Piala Asia sekaligus piala Dunia U-17 nanti. Kekalahan Timnas Indonesia yang sebenarnya bisa diprediksi sejak babak penyisihan ketika berhadapan dengan Vietnam. Betapa obyektivitas membuktikan bahwa waktu itu pertahanan timnas kita begitu lemah dan mudah ditembus pemain vietnam. Dan keberuntungan yang menyelamatkan timnas kita dari kekalahan.

Skill individu tentu saja dibutuhkan dalam pertandingan. Dan terkadang itu yang bisa menentukan kemenangan. Namun dalam kompetisi yang panjang, strategi, pemahaman bermain bola, dan kecerdasan individu dan tim akan jauh lebih menentukan. Tiga hal yang Timnas Indonesia masih kalah dari Macan-Macan Sepakbola Asia.

Soal apresiasi, saya rasa setiap warga negara Indonesia mengapresiasi perjuangan Timnas Garuda Asia. Betapa dalam usia yang belia mereka sudah berjuang dan berjibaku demi negaranya. Demi manusia-manusia yang dahaga akan prestsi sepak bola Indonesia.

Namun sayangnya, apresiasi hanya berujung pada apresiasi. Apresiasi tidak juga diikuti oleh langkah-langkah konkret agar kedepan sepak bola Indonesia mengalami kemajuan. Sistem pembinaan dan kompetisi usia dini tidak dibangun dengan baik sehingga kita memiliki stok pemain berkualitas di segala rentang usia.

Pemain berkualitas yang tidak hanya tahu soal berlari, dribling, shooting, dan teknis sepak bola lainya tetapi juga yang mengerti positioning, memiliki pengambilan keputusan yang baik, dan paham bermain sepak bola. Bukan hanya paham aturan bermain sepak bola.

Terlalu berat membebankan dahaga prestasi kita kepada 22 pemain dan beberapa official yang berada di lapangan. Beban itu seharusnya ada pada semua stakeholder persepakbolaan Indonesia. Beban untuk menciptakan sistem yang memang bisa menghasilkan pesepakbola berkualitas dari masa ke masa.

Terimakasih atas semua perjuangan adik-adik ku Garuda Asia. Masa depan kalian masih amat sangat panjang. Bermainlah sepak bola karena kalian memang senang untuk melakukannya. Dan untuk kita semua, kecuali dengan diam, kita semua dapat mempengaruhi kemajuan sepakbola Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun