Mohon tunggu...
arif ma'shum
arif ma'shum Mohon Tunggu... Pengajar, wiraswasta -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Niat sebagai Barometer Ibadah

1 April 2016   05:52 Diperbarui: 1 April 2016   07:21 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

orang-orang faqir (golongan bawah)
 Fenomena pada musim haji sekarang ini terdapat banyak para orang faqir berbondong-bondong ke Makkah bukan dengan tujuan ibadah melainkan hanya untuk mengairezeki disela-sela rutinitas para jemaah haji,yang mempunyai antusias tinggi dalam memperbanyak amal


orang-orang ahli Al-qur’an ( golongan berilmu

 Golongan yang satu ini termasuk didalamnya semua orang yang berkecimpung di semua disiplin ilmu ( ulama ). Tetapi tujuan mereka haji adalah hanya untuk mencari ketenaran agar bisa mendapatkan keuntungan yang bersifat duniawi, hal itu bisa mereka raih hanya dengan berada di tanah Haram, selain daripada itu mereka akan memperoleh kedudukan yang tinggi disana sebab penghormatan yang diberikan para penduduk di wilayah ini terhadap para ulama tergolong sangat besar.

Memang dalam beribadah seorang hamba dituntut agar bisa membersihkan hati dari niat-niat yang bisa merusak nilai dan kualitas amal yang dikerjakan, sebab hal itu merupakan bagian sentral dan sangat krusial ibarat jantung dalam tubuh, yang dengan tanpanya tidak akan berfungsi seluruh organ

Menyikapi hadits tersebut Imam Ghozali menyebutkan bahwa sabda nabi ini merupakan petunjuk tentang adanya tujuan-tujuan duniawi yang terkandung dalam ibadah seorang hamba, akan tetapi jika ibadah itu dibarengi dengan amaliah duniawi yang hanya sekedar untuk dapat melaksanakan ibadah itu sendiri atau dalam artian sebagai perantara yang menyampaikan pada tujuan utama yang tidak merusak nilai ibadah itu sendiri, dan agar tidak menggunakan agama sebagai sarana untuk memperoleh dunia akan tetapi sebaliknya, yakni dunialah yang dijadikan perantara untuk akhirat. Sebagaimana cerita ibunda Nabi Musa yang menyamarkan identitasnya agar mudah untuk menyusui anaknya.

Di samping niat itu memiliki peran penting dalam struktural ibadah,juga terdapat keutamaan-keutamaan khusus yang dimilikinya sebagaimana sabda Nabi saw :

 نية المؤمن خير من عمله

 Akan tetapi telah banyak orang yang salah dalam meletakkan sebuah dalil pada porsi yang semestinya,karena ketidakpahaman mereka atau sengaja mencari cara yang mudah dengan menyalahgunakan sebuah hadits demi mendukung perbuatannya. Mereka beranggapan, walaupun hanya dengan niat mereka akan mendapatkan fadilah melebihi orang yang mengerjakan amaliah suatu ibadah yang sama. Padahal, yang dimaksud disini adalah bahwa jikal ada seorang mukmin yang pada waktu sehatnya selalu istiqomah mengerjakan ibadah-ibadah tertentu,maka dikala dia sudah tidak mampu mengerjakannya karena uzur sakit atau lanjut usia maka dia masih akan tetap mendapatkan pahala sama seperti yang dilakukannya saat dia mampu.

Niat merupakan sebab utama kekalnya ahli surga dalam surga dan ahli neraka dalam neraka. Imam Hasan Basri ra. Menjelaskan bahwa masuknya ahli surga dalam surga dan ahli neraka dalam neraka itu tergantung amal-amal mereka. Sedangkan faktor utama mengapa mereka kekal didalamnya adalah karena niat-niat mereka yang seandainya mereka diberikan umur panjang oleh Allah di dunua maka yang ahli surga akan tetap dalam ketaatan pada Allah sepanjang hidupnya. Begitu juga sebaliknya, hli neraka akan tetap dalam kemaksiatan atau kekafirannya.

Niat yang dimaksud disini adalah niat ikhlas semata-mata mencari ridho Allah yang merupakan tujuan utama ibadah seorang hamba. Namun kenyataaannya sangtlah jarang kita temukan orang-orang yang mempunyai hati seperti ini, dan itu memang sebagai bukti akan kebenaran semua yang disampaikan oleh Rasulullah pada umatnya.

Jika kita mengkaji lebih dalam lagi apa hakekat ikhlas itu maka ada baiknya kita menelaah apa yang telah dipaparkan oleh Imam Dzun Nun Al-Misri ketika beliau ditanya oleh seorang tentang kapankah seorang hamba itu mengetahui bahwa dia termasuk oorang-orang yang ikhlas. Beliau menjawab bahwa jika seorang hamba sudah mengerahkan segala usahanya dalam menunaikan etaatan dan lebih menyenangi turunnya derajat ( kehinaan ) dimata manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun