Mohon tunggu...
Arif Maulana
Arif Maulana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Melihat Dari Bawah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Laut Tidak Pernah Bercerita

17 Februari 2021   22:37 Diperbarui: 17 Februari 2021   23:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laut tidak pernah bercerita

Indonesia dan apa yang dimiliki nya, sebuah narasi membatasi ingatan ku tepat ditahun 2012. Dimana ada setiap kegaduhan dipelipis mata ku, sinar matahari membakar semua tepat diubun-ubun kepala, menggosongkan kulit dan memutar semua isi perut. Tak ada yang bisa ku simpan kala semua keletihan itu terjadi semua keinginan untuk meninggalkan lautan Indonesia. 

Ada beberapa hal yang membuat kita begitu letih menjadi indonesia atau sebagian orang justru menjauh dari kata warganegaranya bahkan ketidak tahuan menyelimuti pengetahuan mengapa kita indonesia.

Disekolah sedikitnya kita begitu dibuat bersemangat untuk menjadi indonesia, guru mengatakan bahwa indonesia adalah kaya, atau saat mencari dimana kata kaya itu disimpan dalam indonesia. Jawaban sederhana dan salah satu penyimpanannya adalah lautan. Itu cukup memuaskan mengingat tidak semua negara memiliki laut seperti kepada manusia yang sadar akan kaya karena memiliki mata sebab tidak semua manusia memiliki mata atau penglihatannya. Lihat, betapa berartinya sebuah penglihatan di saat ada manusia lain yang tak memilikinya, ku pikir begitupun lautan, tak semua negara beruntung memiliki lautan dan indonesia memilikinya bahkan sangat luas.

Aku mengulang kembali tahun 2012 yang ku ucapkan di awal bahwa ada ingatan yang tak sengaja ku bawa pulang saat usia ku 17 tahun, usia yang sebenarnya dibawa oleh anak-anak lain untuk melakukan aktifitas belajar atau mencari kepakaran, belajar bahasa asing, mengasah kemampuan bela diri, mengikuti kemah pramuka atau berada diatas panggung dalam sebuah olimpiade.

Dan aku adalah anak remaja dengan usia 17 tahun berada diatas lautan selama 3 bulan tidak dalam upaya memfasilitasi bahasa asing atau membekali kepakaran dalam hidup untuk tumbuh menjadi manusia dewasa. Meskipun begitu 3 bulan di atas lautan adalah bekal yang ku ingat sampai hari ini bukan untuk hidupku, tetapi untuk sebuah pertanyaa yang tak pernah ku sampaikan kepada guru saat dia bilang indonesia adalah negara yang kaya dengan lautan dan hasil lautnya, sebab waktu itu aku menerimanya tanpa mengangkat tangan dan berkata mengapa indonesia kaya dengan lautan sementara pekerja laut atau pekerja dengan hasil laut tidak sejahtera.

---------

Hari-hari yang terasa rumit menjadi seorang pelajar yang berada diatas lautan dengan kedalam yang jauh diatas bumi, di hempas ombak, di gulung tiupan angin di buat terbakar dengan panasnya terik matahari. "Gila..." itu yang diucapkan oleh seorang nelayan kepada kami, aku dan satu orang kawan yang ikut dalam pelayaran sebuah kapal penangkap ikan, "kalian anak sekolah, sudah bagus disekolahkan, justru mengikuti pekerjaan gila ini, menjadi pelaut adalah pekerjaan gila yang dilakukan manusia. Sebagai seorang remaja yang mengikuti pertama kali sebuah pelayaran penangkapan ikan membuat tanda tanya besar mengapa bapak nelayan ini mengatakan bahwa menjadi seorang nelayan adalah gila.

Mengapa begitu pak ? kawan ku bertanya

Kau lihat pekerjaan ini, kau lihat konsekuensi dari pekerjaan ini, pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa dengan harga yang murah...

Semua kemungkinan bahwa laut akan membunuh kami, meninggalkan anak-anak kami sebagai yatim dan istri kami menjadi janda dan tak ada tanggung jawab apapun untuk memeberikan kehidupan bagi keluarga lalu kemudian ketika kami pulang dengan selamat, kami tidak membawa kesejahteraan dikehidupan keluarga kami, kami hanya membawa sehari dua hari untuk mereka cukup makan, aku tak pernah berfikir bahwa anak ku akan menjadi nelayan itulah kenapa mereka harus ku sekolahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun