Mohon tunggu...
Arif Atul Mahmudah Dullah
Arif Atul Mahmudah Dullah Mohon Tunggu... -

Penulis Otodidak

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menghemat Biaya Marketing via "Iklan Mesum"

7 Januari 2015   00:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:40 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu saya menonton salah satu film. Film Korea. "Pinoccio" judul film tersebut. Film ini bercerita tentang "pertarungan" para wartawan dari industri-industri media yang berbeda, dalam memenangkan hati publik. Salah satu hal yang saya peroleh dalam film tersebut adalah tentang "Trik marketing melalui tema-tema kontroversi".

Di film tersebut ada kasus begini: Ada kasus pencurian tas di salah satu distributor tas yg sebenarnya toko tersebut tidak begitu populer. Produknya juga tidak begitu dikenal. Sampai salah seorang pria mencuri tas di toko tersebut. Pencurian tersebut juga dilakukan karena sang ayah tidak punya cukup uang untuk membelikan tas baru bagi anaknya.

Dari latar belakang ekonomi, sang pemilik toko sebenarnya "memaafkan si pria tersebut". Apalagi karyawan-karyawannya juga meminta si pemilik untuk memaafkan si pelaku. Selain itu, beberapa karyawan menyarankan untuk tidak memperpanjang kasus ini, karena bisa saja menjadi heboh dan tersebar melalui media-media yang ada . Tapi si pemilik tetap memutuskan untuk tetap "mempolisikan" si maling.

Beberapa hari kemudian, wartawan datang. Dan lalu memuat pemberitaan, headline dalam media-media mereka, yang berisi serangan dan hujatan bagi toko dan pemilik toko.

Dampaknya apa? Berita tentang toko tersebut tersebar begitu luas. Begitu populer. Dan orang-orang mulai penasaran. Bahkan dari beberapa negara bagian lainnya, datang khusus ke toko tersebut untuk mengecek dan bahkan mereka juga membelinya.

Sekarang saya menyaksikannya :)

Iklan "Mesum" salah satu produk rokok, nampaknya menggunakan teori yang sama.

"Rokok tersebut" kini begitu populer. Jadi bahasan para netizen. Dan sudah terlalu populer dan menimbulkan rasa penasaran secara luas. Apakah kini, ketika "Perusahan terkait" memutuskan untuk "mengganti iklan mesum" tersebut mereka menjadi rugi?. Menurut saya tidak sama sekali. Toh, yang sebenarnya produk yang mereka jual adalah "rokok" bukan "iklan mesum'.

Sekali lagi, kini "Sang rokok" telah jadi perbincangan banyak orang. Dan saya punya keyakinan bahwa ini akan punya dampak pada peningkatan penjualan rokok ini. Dari segi pembiayaan, saya kira Perusahaan yang memproduksi rokok tersebut telah bisa berhemat sekian banyak uang untuk pembiayaan iklan. Mereka telah beriklan gratis :)

Bersosial media memang butuh "sikap yang tepat", agar perlawanan kita terhadap hal-hal "buruk", bukan justru semakin membuat "kejelakan itu terus tumbuh" dan bahkan berhasil. Wallahualam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun