Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Raja Jogja Bersatu Bersama Warga untuk Pancasila

3 Juni 2017   22:55 Diperbarui: 4 Juni 2017   18:19 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
buka bersama keluarga saat perayaan pancasila ((dok. @berandajogja)

Ingar-bingar peringatan hari lahir Pancasila mengemuka di berbagai media. 1 Juni 2017 menjadi titik peringatannya, karena baru di tahun inilah Hari Pancasila dikuatkan setelah Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila diterbitkan. Pun sejak beberapa waktu sebelum tanggal 1 Juni datang, telah dikumandangkan berbagai rangkaian kegiatan Pekan Pancasila.

Dengan pekikan "Saya Indonesia, Saya Pancasila", luapan semangat kebangsaan disuarakan. Pekikan yang menjadi tema Hari Pancasila ini bagi saya terasa emosional, karena peringatan Pancasila tahun ini memang hadir di saat polemik pemicu perpecahan mengemuka di beberapa sisi, meskipun didominasi dari kanal politik. 

Peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya terjadi di Jakarta, tetapi diselenggarakan di berbagai kawasan, menasional. Tak terkecuali di Jogja, peringatan kelahiran dasar negara ini juga digelar secara istimewa.

Jogja sebagai daerah perjuangan, tak sekadar melakukan peringatan biasa untuk Pancasila. Setelah paginya melaksanakan upacara, sore jelang berbuka puasa peringatan Pancasila dilangsungkan di Rumah Sang Raja.

Iring-iringan lagu kebangsaan menggelegar di Pagelaran Kraton Ngayogyakarta di mana peringatan digelar. Ratusan anak sekolah di Jogja menyanyi dalam sebuah kelompok aubade. Lagu-lagu seperti Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Pusaka, Rayuan Pulau Kelapa, dan Dari Sabang Sampai Merauke yang didendangkan pun membuat merinding, serasa ada yang menghentak di dada. 

Di dunia maya, hashtag #PancasilaAgaweGuyub yang diinisiasi oleh Masyarakat Digital Jogja (Masdjo) telah meramaikan timeline dan melejit menjadi trending topic Indonesia. Semua komponen nyengkuyung (mendukung) acara ini dari berbagai ranah.

catatan trending topic Indonesia yang dilaporkan trendinalia (www.trendinalia.com)
catatan trending topic Indonesia yang dilaporkan trendinalia (www.trendinalia.com)
 

"Acara ini dihadiri sekitar 15.000 orang, bahkan mungkin lebih. Mengingat beberapa saudara-saudara kita masih berada dalam perjalanan menuju Kraton Ngayogyakarta ini", ungkap Widihasto, Ketua Penyelenggara dari Gerakan Rakyat (Gerak) Pancasila. "Antusiasme masyarakat sangat luar biasa dan harapan kami semangat Pancasila bisa mengilhami semua yang hadir di acara ini. Semua elemen sama rata dan sama rasa di sini," ungkapnya seperti dikutip dari krjogja.com.

Pagelaran Kraton Ngayogyakarta dipehuni ribuan warga Jogja (instagram.com/humasjogja)
Pagelaran Kraton Ngayogyakarta dipehuni ribuan warga Jogja (instagram.com/humasjogja)
Orasi Kebangsaan Sri Sultan HB X menjadi acara inti dalam peringatan Hari Lahir Pancasila ini. Sang Raja Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ini hadir didampingi GKR Hemas dan putri-putrinya. Tak ketinggalan, KGPAA Pakualam X (Adipati Pakualaman) selaku Wakil Gubernur DIY, Ketua DPRD DIY, Kapolda DIY, Bupati dan Walikota se-DIY, serta berbagai pejabat dan aparat dari bermacam instansi ikut hadir bersama berbaur dengan ribuan komponen masyarakat Jogja. 

Sri Sultan HB X mengawali orasinya dengan mengkritisi Pancasila yang sebaiknya bukan hanya dijadikan slogan. "Meski penting, Pancasila tidak cukup hanya dengan menggelorakan ikrar, tetapi harus diamalkan dalam peri kehidupan oleh setiap warga negara Indonesia. Demikian juga, kita tidak cukup dengan meneriakkan slogan 'Pancasila Sudah Final', atau 'NKRI Harga mati' saja. Namun momentum hari ini sejatinya ingin menggugah ingatan kita, bahwa Pancasila adalah Jiwa Bangsa. Bung Karno menyebutnya geest atau roh yang mampu memperteguh semangat kebangsaan terhadap pengaruh apapun yang mengingkari Pancasila sebagai dasar negara serta ideologi dan pandangan hidup bangsa."

Berikutnya, Ngarsa Dalem juga menggarisbawahi bahwa Pancasila kini menghadapi berbagai tantangan seperti paham radikalisme, pesimisme, apatisme, dan fatalisme yang berujung pada politik identitas yang menafikan kebhinnekaan bangsa Indonesia. 

"Pancasila adalah dasar negara, ideologi bangsa dan falsafah serta pandangan hidup bangsa, yang didalamnya terkandung nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praksis. Oleh sebab itu, kita wajib 'menghidupi dan membadankan' Pancasila, untuk kemudian menginternalisasi, membumikan, dan menggerakannya sehingga menjadi sumber kebijakan dan perilaku masyarakat," imbuh Sultan. 

Orasi Sultan HB X (dok. pribadi)
Orasi Sultan HB X (dok. pribadi)
Sultan kemudian mengungkapkan tentang makna sila-sila dalam Pancasila yang hingga saat ini masih tetap layak diimplementasikan dalam berbagai kehidupan berbangsa. "Luar biasa ide para pendiri bangsa yang telah merumuskan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945, yang menunjukkan arah dan orientasi perjuangan".

Sultan juga mengamati masih minimnya tokoh yang memiliki perhatian terhadap tuntutan penerapan Pancasila sebagai ideologi praktis. Menurut Sultan, Pancasila perlu ditransformasikan ke bentuk dan model-model aplikatif dalam kehidupan. Pancasila tidak bisa hanya dijadikan ideologi yang berwajah mitis atau politis. 

Mengenai kondisi pertarungan politik akhir-akhir ini, Sultan menganalogikan layaknya sebuah pagelaran wayang kulit di mana kita tidak mendengar sebuah 'suluk ki dalang' yang menyejukkan penuh harmoni, tetapi semua terjebak dalam 'greget saut' beradu benar dan menangnya sendiri disertai ujaran kebencian. "Dalam pentas politik, yang terdengar hanya debat penuh paradoksal, kontroversial, bahkan cenderung vulgar. Saling-silang pernyataan terjadi. Pendapat satu ditimpa yang lain, tetapi tidak menyentuh makna yang substansial. Semua terpenjara dalam adegan 'gara-gara' yang vulgar, melupakan bagaimana mengutamakan Pancasila sebagai basis rekonsiliasi demi kepentingan yang lebih besar bagi bangsa," seru Sri Sultan. 

Di akhir orasinya, Raja Kasultanan Ngayogyakarta ini memberi wejangan meneduhkan, "Saya mengajak masyarakat untuk membangkitkan Gerak Pancasila dari Yogya untuk Indonesia, seperti halnya 'serangan kejut' 1 Maret 1949, bukan lagi dengan simbol janur kuning, tetapi pita merah putih yang membawa impresi jiwa Pancasila dan semangat kebangsaan itu masih hidup di hari rakyat guna merawat NKRI tetap lestari". Masyarakat pun bertepuk tangan riuh mendengarkan pungkasan orasi ini. 

Acara peringatan Hari Lahir Pancasila kemudian dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama. Puluhan ribu nasi bungkus yang disumbang dari berbagai lapisan masyarakat dibagikan. Sri Sultan beserta seluruh undangan yang hadir pun duduk bersama, berbuka dengan nasi bungkus seperti masyarakat lainnya.

kebersamaan para mahasiswa (dok. @berandajogja)
kebersamaan para mahasiswa (dok. @berandajogja)
buka bersama keluarga saat perayaan pancasila ((dok. @berandajogja)
buka bersama keluarga saat perayaan pancasila ((dok. @berandajogja)
masyarakat lesehan di Alun-alun Lor sambil berbuka puasa (dok. @berandajogja)
masyarakat lesehan di Alun-alun Lor sambil berbuka puasa (dok. @berandajogja)
Berbagai kalangan pelajar, mahasiswa, santri, dan masyarakat yang tidak bisa tertampung dalam ruang besar Pagelaran Keraton memilih lesehan di rumput Alun-alun Lor. Sembari berbuka bersama, keromantisan dan keguyuban khas Jogja sangat terasa. 

Semoga Pancasila tetap terjaga di Bumi Mataram maupun Nusantara. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun