Di bagian halaman depan masjid, terdapat pohon sawo kecik yang burumur ratusan tahun. Pohon ini memiliki filosofi tersendiri, yaitu agar setiap muslim memiliki sifat sarwo bejik (serba baik) dalam berbagai hal.
Yang menarik di Masjid Plosokuning adalah tetap dijalankannya dua kali adzan menjelang khatib menyampaikan khotbah menjelang sholat Jumat. Dulunya adzan pertama dilakukan oleh lima orang dan adzan kedua dilakukan oleh satu orang. Namun pada tahun 1960-an tradisi tersebut berubah, adzan pertama dilakukan oleh dua orang. Meskipun demikian, adzan tetap dilakukan dua kali.
- Masjid Mlangi
Masjid Mlangi adalah masjid terakhir yang saya kunjungi saat tour de Masjid Pathok Negara saya lakukan. Jaraknya sekitar 13 km atau 27 menit berkendara dari Masjid Plosokuning. Masjid yang didirikan oleh Kyai Nuriman pada tahun 1758 ini terletak di Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.
Masjid ini didirikan oleh Kyai Nur Iman, putra sulung Susuhunan Amangkurat IV. Nama asli Kyai Nuriman adalah Raden Mas Sandiyo. Kyai Nuriman adalah seorang bangsawan Kraton yang lebih memilih untuk memperdalam ilmu agama dibanding berebut kuasa. Saat adiknya, Sultan Hamengkubuwana I menjadi Raja Kraton Ngayogyakarta, Kyai Nuriman menolak ketika ditawari untuk duduk di singgasana.Â
Beliau justru memilih hidup di luar benteng kraton dan berdakwah. Sebagai hadiah, Kyai Nuriman diberi tanah perdikan saat Sultan Hamengkubuwana I naik tahta pada tahun 1776. Tanah perdikan ini kemudian dijadikan pusat pengembangan ajaran Islam dengan mulangi (mengajarkan pengetahuan) kepada masyarakat. Dari kata mulangi itulah daerah dan masjid yang dikembangkan oleh Kyai Nuriman dinamakan Mlangi.
Seperti pada mimbar masjid yang masih menggunakan model tangga dan ditutup kain mori (kafan), menyerupai mimbar-mimbar di masjid zaman Kerajaan Mataram Islam tempo dulu. Ruang utama Masjid Mlangi masih berbentuk limasan dengan empat tiang penyangga utama di bagian tengahnya. Di bagian depan masjid juga masih dipertahankan blumbang (kolam ikan) dan pada beberapa bagian dibuat lebih dangkal seperti di Masjid Plosokuning. Â
Ketiga, di sekitar masjid biasanya terdapat pusat pengembangan ajaran Islam baik berupa pesantren maupun sistem pendidikan agama Islam lainnya. Keempat, secara arsitektur bangunan masjid pathok negara menyerupai Masjid Gedhe Kauman dengan mustaka masjid berupa gada dikelilingi ornamen daun kluwih, ruang utama yang berbentuk limasan, terdapat makam keluarga pendiri masjid/tokoh agama di belakang/di samping masjid, hingga terpasangnya logo Kraton Ngayogyakarta di bagian depan kuncung teras masjid. Terakhir, saya juga menemukan bahwa masjid-masjid pathok negara masih menggunakan lampu gantung model klasik yang digunakan sebagai alat penerangan sekaligus hiasan.Â