Suku Kamoro berpindah tempat tinggal sesuai dengan ketersediaan pangan. Untuk memenuhi konsumsi pokoknya, masyarakat Kamoro mencari pohon sagu untuk dipangkur. Â Sebelum menebang pohon sagu untuk dikonsumsi, ada semacam 'tim ahli' dari Suku Kamoro yg menentukan sebuah pohon sagu layak ditebang atau tidak. Lalu jika menemukan pohon sagu yang layak ditebang, mereka akan gotong royong untuk menebangnya dan melakukan pangkur sagu bersama seluruh anggota keluarga. Saat pangkur sagu dilakukan, bagian luar batang sagu akan dikelupas dengan kapak atau parang untuk mengambil bagian dalamnya. Daun pohon sagu juga dimanfaatkan oleh Suku Kamoro untuk dibuat keranjang yang sering disebut kumam. Keranjang tersebut langsung difungsikan setelah pangkur sagu selesai untuk mengangkut sagu.
![Aktifitas Suku Kamoro saat mencari ikan (ilustrasi dari http://old.hifatlobrain.net/2011/11/kamoro-life.html)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/06/02/kamoro-life-ayos-purwoaji-575043ca6723bd9c14782aa3.jpg?t=o&v=555)
Untuk mengeratkan kekerabatan sekaligus melestarikan kebudayaan yang dimiliki oleh Suku Kamoro, setiap tahun dihelat sebuah festival budaya Suku Kamoro yang sering disebut “Kamoro Kakuru". Kayanya budaya Papua seperti yang dimiliki oleh Suku Kamoro adalah salah satu kandungan Tanah Papua yang sudah semestinya diangkat di berbagai media. Kondisi Papua yang memiliki karakteristik tersendiri semakin memperkuat warna kebudayaan Nusantara.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI