Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Cinta, Yogyakarta, dan Kenangan Masa Muda

3 Mei 2016   09:25 Diperbarui: 4 Mei 2016   08:06 1429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dian Sastrowardoyo memerankan Cinta, tetap penuh pesona (aadc2.com)

Cinta seakan sempurna pada Dian Sastrowardoyo. Dialah idola kami, para lelaki yang lahir pertengahan 1980-an. Orang yang lahir di masa-masa itulah yang pada tahun 2002 duduk di sekolah lanjutan tingkat menengah. Dan saat itu pula Ada Apa Dengan Cinta? hadir pertama dan menghentak layar kaca Indonesia. 

Itulah mengapa saya harus nonton kelanjutannya, AADC? 2. Alasan pertama tentu saja karena Cinta, sang idola. Biarpun sudah menjadi ibu dari dua anaknya, sorot mata Cinta tetaplah berkharisma. Kecantikan alami yang muncul dari sisi lahir dan batin semakin mematangkan pesonanya.  

screen-shot-2016-05-03-at-9-13-12-am-57294a16137f614d048b4567.png
screen-shot-2016-05-03-at-9-13-12-am-57294a16137f614d048b4567.png
Cinta (aadc2.com)

AADC? mampu mempengaruhi gairah hidup kami semasa remaja. Yang paling kelihatan adalah dari outfit. Gadis SMA yang terbiasa nge-genk kemudian ikutan berkaos kaki panjang, baju yang ngepress, dan rambut digerai dengan bando di kepala. Kemudian tak sedikit remaja lelaki yang mulai membawa buku ke mana-mana, atau mulai merangkai puisi picisan di lembar-lembar yang mereka punya. Ah, remaja memang labil. 

Saya yakin, sebagian besar penonton AADC? 2 adalah 'orang-orang terdampak' AADC? di masa remajanya. Mereka yang kini mungkin telah beranak pinak, menduduki middle position di sebuah perusahaan atau instansi, bahkan secara ekonomi mulai beranjak dari kelas menengah ke kelas berikutnya. Atau mereka yang sedang galau karena bosan ditanya “kapan nikah?” sementara sudah berkali-kali pacaran namun tetap saja kandas menjelang serius ke pelaminan. 

Alasan berikutnya adalah karena Yogyakarta. 70 persen pengambilan gambar di AADC? 2 dilakukan di Yogyakarta, lebih tepatnya Yogyakarta, Bantul, Sleman, dan Magelang. Keempat kota tersebut, terutama Yogyakarta, adalah kota yang identik dengan kata ‘pulang’ tanpa pernah mau mengucap ‘pergi’, kota yang selalu tepat untuk mengawetkan kenangan.

Beberapa lokasi sangat tidak asing bagi saya. Sudah berbagai kesempatan saya menyambangi Prawirotaman, Warung Bu Ageng, Green host hotel, Pasar Legi Kotagede, Ratu Boko, Sate Klatak, Parangtritis, sekitar Borobudur (Punthuk Setumbu dan Gereja Ayam). Namun saya penasaran bagaimana tim kreatif AADC? 2 yang dikomandoi oleh Mira Lesmana dan Riri Riza mengabadikan tempat-tempat tersebut. Terlebih saat shooting dilakukan, beberapa kali saya berpapasan dengan crew dan pemeran AADC? 2. Lha tempat tinggal saya cuma 5 menit dari Prawirotaman, tempat pemeran dan crew AADC? 2 menginap dan take beberapa scene

cintaa-5728902c5a7b6148129fc472.jpg
cintaa-5728902c5a7b6148129fc472.jpg
Pasar Legi Kotagede (dok. pribadi)
dsc-0321-copyw-57294a79187b615005403c24.jpg
dsc-0321-copyw-57294a79187b615005403c24.jpg

Kraton Ratu Boko, salah satu lokasi shooting AADC? 2 (dok. pribadi)

Saya sangat mengapresiasi pelibatan berbagai seniman yang akrab dengan masyarakat Yogyakarta di AADC? 2. Kolaborasi positif dalam mengerjakan karya seni seperti ini semakin menguatkan ikatan dan mewarnai karya-karya artistik Indonesia. 

Meskipun film ini seolah dipaksakan untuk segera selesai, namun bagi saya relatif masih menyentuh emosi. Dari hal-hal yang sifatnya bumbu penyedap film seperti tulusnya persahabatan antara Cinta, Milly, Karmen, dan Maura meskipun menjalani kehidupan pribadinya sendiri-sendiri, hingga romantisnya Rangga yang mengajak Cinta berkeliling di sekitar Yogyakarta hanya untuk mengutarakan cerita dan meminta maaf karena meninggalkan Cinta ratusan purnama.  

Namun, saya kehilangan sisi ketus dan juteknya Rangga yang ngeselin. Mungkin seiring bertambahnya usia sifat menyebalkan Rangga agak luntur. Tapi, apapun itu, saya merasa ditarik untuk memigura kenangan selama menikmati film ini. Maka ketika ditanya Ada Apa Dengan Cinta? Jawabannya ada benang merah yang menghubungkan antara Cinta, Yogyakarta, dan kenangan masa muda.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun