Meskipun film ini seolah dipaksakan untuk segera selesai, namun bagi saya relatif masih menyentuh emosi. Dari hal-hal yang sifatnya bumbu penyedap film seperti tulusnya persahabatan antara Cinta, Milly, Karmen, dan Maura meskipun menjalani kehidupan pribadinya sendiri-sendiri, hingga romantisnya Rangga yang mengajak Cinta berkeliling di sekitar Yogyakarta hanya untuk mengutarakan cerita dan meminta maaf karena meninggalkan Cinta ratusan purnama. Â
Namun, saya kehilangan sisi ketus dan juteknya Rangga yang ngeselin. Mungkin seiring bertambahnya usia sifat menyebalkan Rangga agak luntur. Tapi, apapun itu, saya merasa ditarik untuk memigura kenangan selama menikmati film ini. Maka ketika ditanya Ada Apa Dengan Cinta? Jawabannya ada benang merah yang menghubungkan antara Cinta, Yogyakarta, dan kenangan masa muda. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H