Kami cukup beruntung, karena saat berada di Pura Tirta Empul kebetulan sedang ada ritual mengambil air suci yang dilakukan oleh beberapa warga. Inilah Bali, aktivitas ritual yang kental dengan nuansa sakral tak terganggu meskipun banyak wisatawan yang berkunjung. Justru bagi wisatawan, hal-hal bersifat ritual seperti ini menjadi momen yang menarik yang sayang dilewatkan. Â
[caption caption="Salah satu aktivitas pedagang di Pasar Ubud (dok. pribadi)"]
 [caption caption="Seorang warga Bali mengambil air suci (dok. pribadi)"]
[caption caption="Seorang wisatawan mancanegara saat menyaksikan prosesi ritual di Pura Tirta empul (dok. pribadi)"]
Siang yang cukup terik rupanya dengan cepat menguras energi kami. Setelah berdiskusi dengan Mas Fauzi, sopir sekaligus penunjuk jalan rombongan, akhirnya kami singgah untuk makan siang di Dewi Cafe, di dekat Tegalalang. Â
Makan siang yang memuaskan. Selain beragam menu yang sedap di lidah, kami juga disuguhi view persawahan khas Ubud yang menawan.
[caption caption="Tempat kita makan siang (dok. pribadi)"]
Perjalanan kemudian kembali dilanjutkan ke lokasi bermalam berikutnya. Untuk malam kedua, kami berpindah tempat menginap ke The Royal Pita Maha Resort. Resort yang dimiliki oleh salah satu keturunan Raja Ubud ini adalah salah satu resort terbaik di Ubud dengan fasilitas yang memukau. Sungguh beruntung saya bisa menjadi bagian yang merasakan segenap pesona ini. Tetapi saya akan bercerita tentang resort ini di tulisan berikutnya. Yang jelas, spa, dinner, pemandangan, suasana, dan fasilitas luxury yang saya nikmati selama berada di The Royal Pita Maha resort begitu berkesan. Apalagi baru pertama kali ini saya merasakan.
[caption caption="View di private pool Royal Pita Maha (dok. pribadi)"]
Satu lagi yang terasa istimewa saat mengikuti rangkaian blog trip ini, saat pulang dari Ubud ke Bandara Ngurah Rai, saya diantar oleh Om Agung Soni, Kompasianer Bali yang selama ini kerap bercengkerama baik di Kompasiana maupun platform social media lainnya. Perjumpaan pertama dengannya tidak biasa, karena selain diberi tumpangan mobilnya, canda tawa renyah nan hangat terus terlontar di antara topik-topik pembicaraan antara kami bertiga; saya, Om Agung Soni, dan Om Isjet sebagai salah satu punggawa Kompasiana.
Matur suksma.