Kami beruntung karena hidup di Jogja, beragam pilihan pendidikan untuk menopang penguatan karakter anak tersedia di sini. Belajar musik, menari, dan jalur seni lainnya relatif banyak. Mau mendalami agama dengan beragam metode juga cenderung mudah ditemukan.
Kami menganggap penguatan karakter ini penting karena berhubungan erat dengan kemampuan hidup anak kami di tengah masyarakat. Perasaan empati, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, dan yang lebih penting memiliki moral yang baik lebih mudah terserap lewat pendidikan karakter. Selain itu, anak juga memperoleh set of skill yang bisa digunakan saat berada di tengah masyarakat. Karena kami juga berharap anak kami bisa melebarkan manfaat kehadirannya bagi lingkungan yang lebih besar.Â
Namun biasanya kegiatan-kegiatan tersebut justru masuk kegiatan ekstra, porsi di dalam kegiatan intrakurikuler hanya 2 jam pelajaran saja tiap minggunya. Maka mau tidak mau anak harus menambah jam belajar di luar sekolah. Dan artinya sebagai orang tua kami harus mengalokasikan dana tambahan untuk menunjang proses pendidikan karakter ini berjalan lancar.
Pertanyaan penting dari beragam rencana kami di atas adalah; biaya untuk pendidikan anak kami bagaimana?
[caption caption="Ilustrasi kebutuhan dana untuk pendidikan anak (www.yourmoney.com)"]
Untuk menjawabnya, secara perlahan saya dan istri menerapkan beberapa langkah berikut ini:
Perencanaan yang matang
‘He (or she) who fails to plan is planning to fail’ begitu kata Winston Churchill. Dalam merancang pendidikan untuk anak juga perlu perencanaan yang matang. Salah satunya adalah mengenai perencanaan dalam mengatur jarak usia anak-anak kita. Â
Selisih usia antar anak relatif berpengaruh terhadap kondisi ekonomi keluarga. Saya mengalami sendiri tentang hal ini. Jarak usia saya dan kakak saya tepat 3 tahun. Di saat yang bersamaan, saya akan masuk SMP, kakak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA. Tiga tahun berikutnya, saya akan masuk SMA, sementara kakak bersiap kuliah di perguruan tinggi. Akibatnya, orang tua sering mengalami pengeluaran yang relatif besar setiap siklus tiga tahunan tahun ajaran baru tiba.
Maka, sebaiknya direncanakan dengan baik agar jarak usia anak-anak kita tidak terlalu dekat maupun terlalu jauh, dan kalau bisa memang menghindari siklus tiga tahunan. Tetapi bagaimanapun juga anak adalah amanat dari Sang Penguasa. Jika telah hadir di tengah kita, harus diperlakukan sebaik-baiknya.Â
Untuk menghindari permasalahan ekonomi di dalam keluarga, bagi yang merasa penghasilan perbulan belum stabil, alangkah baiknya menggunakan prinsip tabungan minimal. Artinya setiap bulan usahakan ada sisa uang minimal yang ditabung dari penghasilan yang diperoleh untuk urusan pendidikan anak-anak kita. Tabungan ini disesuaikan dengan proporsi penghasilan. Bentuk tabungan pun tidak hanya uang, tetapi bisa dalam wujud perhiasan, bahkan mungkin benda-benda yang akan dipakai saat usianya beranjak besar.