[caption caption="Pulau Kelor tampak dari tepi laut, sesaat sebelum perahu merapat ke dermaga (dok. pribadi)"][/caption]
Some beach, somewhere
There's a beautiful sunset burning up that atmosphere
There's music and dancing and lovers romancing
In the salty evening air on some beach, somewhere
On some beach, somewhere
Lagu berjudul Some Beach yang dipopulerkan oleh Blake Shelton tersebut seakan menyertai saat perahu mendekati garis pantai berpasir putih yang mulai tampak di depan kami. Di ujung pantai terlihat berdiri dengan gagah bangunan yang menyerupai benteng. Di bagian ujung yang lain, hanya ada serpihan pantai berpasir putih dengan air bening di sekitarnya.
Perahu akhirnya merapat ke dermaga kecil. Tibalah kami di Pulau Kelor. Kami berada di sini karena mengikuti rangkaian acara blog trip eksplorasi pesona bahari yang diselenggarakan atas kerjasama Kompasiana, Kementerian Pariwisata, dan PT Seabreeze Indonesia pada 24-25 Oktober 2015.
Semasa VOC menguasai pulau yang kami singgahi ini, mereka menamainya dengan nama Pulau Kherkof. Konon pulau ini dinamakan Pulau Kelor karena luasnya yang relatif kecil, bak daun kelor. Beberapa referensi menyebutkan dulunya luas pulau ini adalah sekitar 1,5 ha. Namun karena abrasi terjadi terus menerus, ditambah dengan semakin tingginya permukaan laut, luas pulau yang ditempuh sekitar 10 menit dari Pulau Bidadari ini menyusut hingga kurang dari 1 ha.
Pak Candrian Attahiyat, seorang arkeolog senior dari tim ahli cagar budaya Provinsi DKI Jakarta yang mendampingi perjalanan kami, bahkan memprediksikan Pulau Kelor mungkin nanti akan hilang dihempas lautan jika tidak ada usaha serius untuk menyelamatkannya.Â
[caption caption="Pak Can menjelaskan berbagai macam hal tentang Pulau Kelor kepada peserta blog trip (dok.pribadi)"]
Bangunan yang awalnya terlihat menyerupai benteng yang terletak di ujung pulau ini ternyata memang benteng sungguhan. Benteng tersebut adalah jenis benteng martello yang dibangun semasa VOC beraktivitas di Pulau Onrust ratusan tahun yang lalu. Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan beberapa pulau lainnya dijadikan sebagai penunjang Pulau Onrust. Benteng martello yang kami jumpai di Pulau Kelor relatif lebih utuh dibanding benteng sejenis di Pulau Bidadari ataupun di Pulau Onrust, sehingga sangat menarik untuk diamati bagaimana konstruksi bangunannya.
[caption caption="Benteng martello yang berada di ujung Pulau Kelor (dok. pribadi)"]
Selain benteng martello, bangunan lainnya yang ada di pulau mungil ini adalah kantor sekaligus tempat beristirahat para petugas penjaga pulau. Di samping itu, berdiri pula beberapa gazebo yang sepertinya sengaja dibangun untuk mempercantik dan bisa digunakan sebagai tempat berteduh sejenak oleh wisatawan yang singgah. Artinya, Pulau Kelor memang sama sekali tidak dihuni oleh penduduk, mungkin karena luasnya yang kurang memadai sebagai tempat tinggal dalam jangka panjang.
Pulau Kelor terlihat sangat bersih dari sampah-sampah. Saya sempat bertanya kepada salah satu peserta, apakah sebelumnya pernah ke Pulau Kelor? Pertanyaan saya langsung disambar dengan jawaban "Dulu waktu ke sini kotor sekali pulaunya. Tapi sekarang sudah jauh berbeda, terlihat sangat bersih."
[caption caption="Ujung Pulau Kelor yang lain, hanya serpihan pasir putih dan air yang bening (dok. pribadi)"]
Biarpun kecil, Pulau Kelor memang memikat banyak pihak. Menurut penuturan salah satu petugas penjaga pulau, hampir setiap hari ada saja yang singgah di pulau ini, terlebih saat akhir pekan atau libur panjang. Tak jarang pula yang menggunakan Pulau Kelor sebagai lokasi foto prewedding karena berbagai pesonanya. Bahkan pulau yang menjadi salah satu bagian dari pesona Indonesia ini pernah juga digunakan sebagai lokasi acara resepsi pernikahan public figure di Indonesia.
[caption caption="Menjelang sunset di Pulau Kelor (dok. pribadi)"]
Saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki di pulau ini pun tak mampu menahan rasa syukur karena diberi kesempatan menjamahnya. Sepertinya Pulau Kelor telah berhasil meneror saya karena kecantikannya.
Maka bagi anda yang pernah ke sini, sebaiknya kembali menilik perubahan yang terjadi. Apalagi bagi Anda pecinta traveling yang belum pernah ke sini, bersiap-siaplah diteror pulau kelor.
Â
______________
Tulisan ini adalah lanjutan dari rangkaian tulisan lainnya:
Bocah Desa Menjelajah Laut Ibukota
Beginilah Rupa Satwa di Pesisir Jakarta
Pulau Bidadari, Dulu Sakit Sekarang Cantik Â
Onrust; Saksi Pertumpahan Darah Dalam Berbagai Rangkaian Sejarah
Â
Dokumentasi dalam bentuk video ada di sini:Â
Blogtrip Eksplorasi Bahari #pesonaindonesiaÂ
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H