Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Diteror Pulau Sekecil Kelor

27 Oktober 2015   22:21 Diperbarui: 3 November 2015   07:52 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Pulau Kelor tampak dari tepi laut, sesaat sebelum perahu merapat ke dermaga (dok. pribadi)"][/caption]

Some beach, somewhere
There's a beautiful sunset burning up that atmosphere
There's music and dancing and lovers romancing
In the salty evening air on some beach, somewhere
On some beach, somewhere

Lagu berjudul Some Beach yang dipopulerkan oleh Blake Shelton tersebut seakan menyertai saat perahu mendekati garis pantai berpasir putih yang mulai tampak di depan kami. Di ujung pantai terlihat berdiri dengan gagah bangunan yang menyerupai benteng. Di bagian ujung yang lain, hanya ada serpihan pantai berpasir putih dengan air bening di sekitarnya.

Perahu akhirnya merapat ke dermaga kecil. Tibalah kami di Pulau Kelor. Kami berada di sini karena mengikuti rangkaian acara blog trip eksplorasi pesona bahari yang diselenggarakan atas kerjasama Kompasiana, Kementerian Pariwisata, dan PT Seabreeze Indonesia pada 24-25 Oktober 2015.

Semasa VOC menguasai pulau yang kami singgahi ini, mereka menamainya dengan nama Pulau Kherkof. Konon pulau ini dinamakan Pulau Kelor karena luasnya yang relatif kecil, bak daun kelor. Beberapa referensi menyebutkan dulunya luas pulau ini adalah sekitar 1,5 ha. Namun karena abrasi terjadi terus menerus, ditambah dengan semakin tingginya permukaan laut, luas pulau yang ditempuh sekitar 10 menit dari Pulau Bidadari ini menyusut hingga kurang dari 1 ha.

Pak Candrian Attahiyat, seorang arkeolog senior dari tim ahli cagar budaya Provinsi DKI Jakarta yang mendampingi perjalanan kami, bahkan memprediksikan Pulau Kelor mungkin nanti akan hilang dihempas lautan jika tidak ada usaha serius untuk menyelamatkannya. 

[caption caption="Pak Can menjelaskan berbagai macam hal tentang Pulau Kelor kepada peserta blog trip (dok.pribadi)"]

[/caption]

Bangunan yang awalnya terlihat menyerupai benteng yang terletak di ujung pulau ini ternyata memang benteng sungguhan. Benteng tersebut adalah jenis benteng martello yang dibangun semasa VOC beraktivitas di Pulau Onrust ratusan tahun yang lalu. Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan beberapa pulau lainnya dijadikan sebagai penunjang Pulau Onrust. Benteng martello yang kami jumpai di Pulau Kelor relatif lebih utuh dibanding benteng sejenis di Pulau Bidadari ataupun di Pulau Onrust, sehingga sangat menarik untuk diamati bagaimana konstruksi bangunannya.

[caption caption="Benteng martello yang berada di ujung Pulau Kelor (dok. pribadi)"]

[/caption]

Selain benteng martello, bangunan lainnya yang ada di pulau mungil ini adalah kantor sekaligus tempat beristirahat para petugas penjaga pulau. Di samping itu, berdiri pula beberapa gazebo yang sepertinya sengaja dibangun untuk mempercantik dan bisa digunakan sebagai tempat berteduh sejenak oleh wisatawan yang singgah. Artinya, Pulau Kelor memang sama sekali tidak dihuni oleh penduduk, mungkin karena luasnya yang kurang memadai sebagai tempat tinggal dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun