Mohon tunggu...
Arif L Hakim
Arif L Hakim Mohon Tunggu... Konsultan - digital media dan manusia

digital media dan manusia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Onrust; Saksi Pertumpahan Darah dalam Berbagai Rangkaian Sejarah

27 Oktober 2015   20:31 Diperbarui: 3 November 2015   08:43 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Salah satu lukisan yang menggambarkan pertempuran yang terjadi di Pulau Onrust (www.antiquemaps-fair.com)"][/caption]Telah banyak orang bercerita tentang pulau mungil ini. Bukalah jurnal-jurnal yang merekam beberapa nama besar penjelajah dunia seperti James T. Cook dan Abel Tasman. Dua penjelajah penemu Benua Australia dan penemu Pulau Tasmania di Selandia Baru tersebut sempat menginjakkan kaki di pulau dengan luas sekitar 12 ha ini.

Pulau Onrust, sebuah pulau penuh sejarah karena menjadi titik awal sebelum VOC memonopoli perdagangan di Jawa dan beberapa daerah di Nusantara. Karena ramainya kapal yang hilir mudik di pulau ini, pulau ini juga dikenal dengan nama Pulau Kapal. Menurut versi yang lain, nama Onrust diambil dari nama seorang bangsawan Belanda bernama Baas Onrust Cornelis Van Der Walck yang pernah tinggal di pulau ini. Namun cerita yang lebih dominan tentang penamaan pulau ini adalah dari kata ‘onrust yang dalam bahasa Belanda bermakna tidak pernah istirahat, atau ‘unrest di dalam bahasa inggris.

Saya cukup beruntung diberi kesempatan mengeksplorasi pulau yang menjadi bagian dari pesona Indonesia yang terletak di Kepulauan Seribu ini. Melalui acara blog trip eksplorasi pesona bahari, Kompasiana, Kementerian Pariwisata, PT Seabreeze Indonesia mengajak saya dan 19 kompasianer untuk menilik lebih jauh Pulau Onrust, sebuah pulau yang berdekatan dengan Pulau Bidadari, Pulau Cipir, dan Pulau Kelor.

Saya beserta rombongan blog trip dipandu oleh Pak Candrian Attahiyat, seorang arkeolog senior dengan spesialisasi arkeologi kolonial yang sekarang menjadi salah satu tim ahli cagar budaya Provinsi DKI Jakarta. Bersama beliau, kami diajak menelusuri lebih jauh rekaman sejarah Pulau Onrust.

Terdapat bangunan yang menyerupai museum saat kami tiba di pulau ini. Di dalamnya, kami bisa melihat beragam catatan, maket, foto, dan benda-benda dari Pulau Onrust yang berhasil diselamatkan. Dari museum inilah, rekaman sejarah seolah diputar Pak Candrian ke belakang, melompati lipatan waktu berabad-abad silam.

[caption caption="Pak Candrian saat menjawab berbagai pertanyaan peserta blog trip (dok. pribadi)"]

[/caption]

Pulau Onrust telah eksis sejak ratusan tahun yang lalu. Di siniah salah satu tempat yang menjadi saksi terjadinya perebutan kekuasaan, pertumpahan darah, penyakit yang mewabah, penghilangan nyawa manusia, dan beragam sisi-sisi hitam peradaban pernah dilakukan.

Pada jaman dahulu, awalnya Pulau Onrust adalah salah satu tempat peristirahatan keluarga raja-raja Kerajaan Banten. Jayakarta yang merasa lebih dekat jaraknya dari Pulau Onrust kemudian menganggap bahwa pulau ini adalah bagian dari wilayahnya. Perseteruan pun terjadi tanpa pernah terselesaikan.

Pada 1610, VOC akhirnya mendapatkan ijin dari Pangeran Jayakarta untuk mengambil kayu sebagai bahan pembuatan kapal-kapalnya di Teluk Jayakarta. Tiga tahun kemudian VOC membangun galangan kapal di Pulau Onrust. Keputusan tersebut diambil karena VOC merasa gagal memonopoli perdagangan di Banten, sehingga perhatian mereka beralih ke Jayakarta.

Rupanya  Pangeran Jayakarta melakukan blunder atas kesepakatan ini. Dipimpin oleh JP Coen, Pulau Onrust bukan hanya menjadi pusat galangan kapal semata, melainkan dijadikan koloni, daerah pertahanan, bahkan sebagai pusat komando strategis selama VOC berada di wilayah Nusantara. Pada tahun 1619, JP Coen akhirnya menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa dan mengganti namanya menjadi Batavia.   

[caption caption="Pulau Onrust dijadikan pos terdepan sektor barat semasa dikuasasi VOC (dok. Candrian Attahiyat)"]

[/caption]

Sebagai salah satu pulau pertahanan, Pulau Onrust kemudian dibangun lebih kuat. Dalam kurun waktu 1656-1671, VOC membangun benteng bersegi empat dan diperbesar menjadi benteng bersegi lima lengkap dengan bastion di tiap sudutnya. VOC juga membangun kincir angin sebagai salah satu keperluan dalam proses pengergajian kayu untuk membuat kapal pada 1674. Tujuh belas tahun kemudian dibangun lagi kincir angin yang kedua.

[caption caption="Replika kincir angin di Pulau Onrust (dok. pribadi)"]

[/caption]

Pulau Onrust menjadi saksi atas pertumpahan darah saat Inggris menyerang pada tahun 1800 dan 1810. Hampir semua bangunan yang ada di Pulau Onrust dirusak. Pulau Onrust, Pulau Bidadari, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya direbut kembali ke pangkuan VOC dan mulai mendapat perhatian lagi pada tahun 1828.

Akibat padatnya lalu lintas manusia yang keluar dan masuk di Pulau Onrust, pulau ini pernah dilanda wabah lepra, malaria, dan pes yang parah. VOC pun kelimpungan mengatasi orang-orang yang terjangkit wabah mematikan tersebut. untuk itu, pembersihan besar-besaran pun dilakukan. Setiap orang yang akan memasuki Pulau Onrust harus disterilkan. Bahkan VOC membangun pagar anti tikus demi keselamatan mereka dari bahaya penyakit pes.

Pada periode 1911-1933, Pulau Onrust berubah fungsi menjadi tempat jamaah haji dikarantina. VOC kala itu takut jika jamaah haji membawa penyakit saat mereka pulang dari tanah suci. Para jamaah haji pun tinggal sementara di rumah-rumah panggung lengkap dengan fasilitas untuk mandi dan mencuci.

[caption caption="Yang tersisa dari pagar anti tikus yang pernah dibangun di Pulau Onrust (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="Bekas pondasi asrama haji yang masih tersisa di Pulau Onrust (dok. pribadi)"]

[/caption]

Aura mistis memang sangat kuat saat berada di Pulau Onrust. Terutama saat melintas di antara makam-makam yang hingga saat ini masih terlihat dengan jelas. Selain makam orang Belanda, terdapat makam orang-orang yang terlibat dalam pemberontakan Zeven Provincien atau dikenal juga dengan “Peristiwa Kapal Tujuh”. Orang-orang tersebut ditawan selama periode 1933 hingga 1940.

Sejak Jepang menguasai Batavia pada 1942, Pulau Onrust beralih fungsi menjadi penjara bagi pelaku kriminal tingkat berat. Kondisi tersebut kembali berubah saat sekutu berusaha merebut kembali Indonesia yang telah merdeka. Selama periode September 1945 - Januari 1946, Pulau Onrust dijadikan tempat tawanan orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk 6 orang awak U-Boat U-195.

[caption caption="Salah satu makam orang Belanda di Pulau Onrust (dok. pribadi)"]

[/caption]

Setelah masa kolonial berakhir, Pulau Onrust seakan menjadi tempat buangan. Hingga awal 1960-an pulau ini menjadi karantina bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Departemen Kesehatan. Citra Pulau Onrust semakin memburuk saat periode 1960-1965 pemerintah menjadikan pulau ini sebagai tempat penampungan gelandangan dan pengemis.  

Selama satu dekade (1960-1970) tersebut, terjadi peristiwa yang berdampak hingga kini bagi Pulau Onrust. Kartosoewirjo, seorang pemimpin pemberontakan DI/TII yang juga kawan karib Presiden Soekarno semasa muda, konon dieksekusi di Pulau Onrust. Salah satu makam di pulau ini kemudian dikeramatkan dan terkadang didatangi peziarah setelah mendengar cerita tersebut. Selain itu, pada tahun 1968 juga terjadi penjarahan besar-besaran di Pulau Onrust. Bukan hanya barang berharga, beberapa komponen bangunan yang ada di Pulau Onrust juga dibongkar dan diambil tanpa bertanggungjawab.

[caption caption="Sisa-sisa bangunan yang masih terselamatkan di Pulau Onrust (dok. pribadi)"]

[/caption]

[caption caption="Timeline sejarah Pulau Onrust (disarikan dari berbagai sumber, diolah secara pribadi)"]

[/caption]

Pulau Onrust kini telah ditetapkan menjadi Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu setelah sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan yang menetapkan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah.

Selain digunakan untuk berwisata, usaha pelestarian beragam cagar budaya juga terus dilakukan di pulau ini. Semoga, semakin banyak pihak yang peduli dengan kondisi pulau yang merekam berbagai pelajaran atas sejarah yang pernah terjadi di sini. Dan semoga sejarah kelam yang pernah terjadi di Pulau Onrust tak akan pernah terjadi lagi di negeri seindah Indonesia.  

___________________

Tulisan ini salah satu cerita dari tulisan lainnya: 

Bocah Desa Menjelajah Laut Ibukota

Pulau Bidadari, Dulu Sakit Sekarang Cantik  

Beginilah Rupa Satwa di Pesisir Jakarta

Diteror Pulau Sekecil Kelor

 

Dokumentasi dalam bentuk video ada di sini:

Blogtrip Eksplorasi Bahari #pesonaindonesia 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun