Satu lagi hewan endemik di Pulau Bidadari; biawak. Hewan jenis reptil ini bisa bertahan hidup bertahun-tahun di Pulau Bidadari. Ukurannya pun bervariasi. Bahkan ada yang mencapai sekitar 3 meter panjang hewan yang masuk ke dalam keluarga varanidae ini.
Biawak sangat senang berada di tepi-tepi sungai atau daerah pesisir yang dinaungi pepohonan, dan rawa-rawa termasuk rawa bakau. Maka tak heran jika di sisi-sisi Pulau Bidadari bisa dengan mudah bertemu dengan biawak, karena beragam pohon dan bakau juga menyemut di pulau ini.
 [caption caption="Biawak sedang berada di antara hutan bakau Pulau Bidadari (dok. Detha)"]
Kondisi Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan pusat bisnis membuat banyak orang mengkonversi lahan hijau menjadi bangunan. Selain semakin tebatasnya ruang publik, kegiatan manusia tersebut juga berdampak pada berbagai hewan yang kian habis habitatnya. Maka usaha konservasi pun sudah selayaknya didukung. Karena selain menjaga ekosistem, keberadaan hewan-hewan endemik juga mampu menjadi atraksi yang menarik dalam komponen Pesona Indonesia.
Melihat keberlangsungan ekosistem di ibukota, saya jadi teringat kalimat yang diutarakan oleh Anthony Douglas William dalam bukunya Inside the Divine Pattern; "Earth was created for all life, not just human life". Jakarta relatif beruntung karena masih ada Pulau Bidadari yang menjadi habitat beberapa hewan endemik. Semoga adanya pulau-pulau seperti Pulau Bidadari ini mampu menahan punahnya satwa-satwa langka yang ada di Jakarta dan sekitarnya. Karena setidaknya anak-anak Jakarta bisa melihat rusa, elang bondol, biawak, dan hewan-hewan lainnya tidak hanya melalui video saja.
_____________________
Tulisan ini adalah bagian dari rangkaian tulisan lainnya:
Bocah Desa Menjelajah Laut Ibukota
Pulau Bidadari, Dulu Sakit Sekarang Cantik Â
Onrust; Saksi Pertumpahan Darah Dalam Berbagai Rangkaian Sejarah